Tips Untuk Bekerjasama Dan Menjalankan
Konsep Minimarket Mandiri:
1. Survey awal kelayakan lokasi : analisa pasar, traffic, kepadatan
penduduknya dan lengkap status surat kepemilikan tempatnya serta RAB toko.
2. Membuat analisa rencana belanja barang : dagangan toko, perlengkapan
toko, legalitas usaha/perizinan, biaya transportasi kirim barang dan akomodasi
tim kerja, promosi & marketing, biaya jasa konsultan dan maintanance/perawatan
operasional dan pejualan atas target minimal toko tersebut.
3. Kesiapan permodalan awal yang pasti, apakah total Investor atau
bekerjasama dengan Bank/Leasing.
4. Analisa asumsi modal awal terhadap rencana balik modal berapa
lama ?
5. Mau dan benar-benar menjalankan bisnis ini dengan serius, bekerjasama
dengan baik serta membuat evaluasi yang obyektif atas kinerja operasional toko
perminggu/perbulan dan pertahun, seperti perencanaan belanja barang, keuangan
pembayaran yang baik atas stok toko dan supplier toko.
6. Investor Benar-benar komitment atas kontrak kerja kerjasama dengan
Jasa Konsultan, begitu pun sebaliknya dan selalu bekerjasama yang baik secara
win-win solution seperti tujuaan awal yang baik dari kontrak kerjasama yang
telah disepakati.
7.
Adanya disiplin sistem pembayaran ke supplier,dan menyimpan uang penjualan toko
per hari ke rek baru bank yang di gunakan secara teratur dan tercontrol
dengan baik.
8. Ada baiknya Owner/Investor bila ingin mendapatkan margin/keuntungan
langsung dari penjualan toko diterima setiap akhir bulan dengan tidak mengambil
perhari / perminggu untuk keperluan pribadi (idealnya margin/profit diterima
di bulan ke 2-3, agar tidak menggangu cash flow keuangan/laporan keuangan di
update yang baik terlebih dahulu dari saat GO/buka toko).
9. Bila adanya ketidaktepatan waktu atas kinerja operasional toko (SDM/Supplier)
harus segera dicari solusi secara baik dan berkesinambungan tanpa harus
memutuskan secara sepihak dan merugikan dari rencana awal yang baik
10. Mulailah dengan membiasakan berbelanja di toko sendiri untuk Owner/SDM
toko atau teman/relasinya untuk kebutuhan perhari secara rutin dalam rangka
mengejar target penjualan
11. Buatlah Rencana kerja yang baik/forecase per minggu/bln atas semua
rencana ke depan operasional toko dengan bekerjasama yang baik dengan SDM
dan Tim Konsultan secara obyektif & positive thinking.
12. Keberhasilan suatu bisnis usaha retail minimarket dapat diraih dengan
disiplin yang kuat, kebersihan dan kerapihan toko & SDM, control pengawasan,
perencanaan aplikasi belanja dan pembayaran yang akurat, komitment atas kontrak
awal kerjasama yang disepakati, kreatif, inisiatif dan kecepatan pelayanan
terhadap dalam operasional toko untuk SDM, dan Owner serta tim management yang
membantu mengelola dalam kerjasama yang baik.
Semoga tips awal ini menjadi bermanfaat untuk membangun minimarket mandiri.
provide all the information about the business world, the solution of business problems and development of the business world
Pengikut
Selasa, 31 Juli 2012
INVESTASI EMAS
Disarankan
kita bisa menyisihkan setidaknya 1 gram emas perbulan untuk tabungan
hari tua. Kenapa kok emas? Ya karena dipastikan makin tahun makin mahal,
apalagi di zaman krisis global seperti ini, banyak yang tidak percaya
dengan uang kertas khususnya Dollar. Ok saya tidak akan bahas soal
lemahnya dollar, tetapi gambaran logis tentang menabung emas lebih
menguntungkan ketimbang menabung uang kertas.
Coba kita lihat harga emas per bulan Juli 2009. Harga emas bisa kita lihat dari situs http://www.logammulia.com/news.php?id=9 .
Bulan Juli ini per gram sdh mencapai 354 ribu. Padahal beberapa bulan sebelumnya hanya 300 ribuan belum nyentuh di 350 ribu. Cepat sekali bukan?
Bayangkan harga rumah type 36 semisal 180.000.000. atau kalau dalam emas 180 juta : 300 ribu = 600 gram emas 24 karat. Jadi kalau sekarang anda punya tabungan dalam bentuk emas sebanyak 600 gram emas akan tetap bisa dibelikan rumah type 36 pada 10 tahun yang akan datang atau 5 tahun yang akan datang. Bayangkan kalau 5 tahun lagi harga emas menjadi 1 juta per gram berarti anda memilik 600 gram x 1 juta = 600 juta. Kalau anda simpan dalam bentuk uang senilai 180 juta spt tersebut diatas ( misal disimpan dalam tabungan bank )maka uang tersebut 5 tahun lagi sdh tidak bisa dibelikan rumah type 36. Realistis bukan?
Untuk itulah saya sarankan kumpulkan emas utk hari tua. Walaupun sebulan 1 gram, tetapi kalau bisa continue selama 36 bulan atau 100 bulan kan jadi 100 gram. Tetapi ada jurus jitu agar anda bisa memilik 100 gram dengan hanya membayar 1/3 dari harga emas tersebut. Caranya ada di ebook kebun emas ini. Silakan beli ebook seharga 250 ribu dan saya yakin anda sangat terbantu dengan ilmu baru ini. Klik link ini utk membeli ebook kebun emas.
Didalamnya juga ada strategi membeli emas dengan kartu kredit, tetapi tidak saya sarankan, karena kartu kredit itu sarana pembayaran riba. Ada unsur bunga yang sangat memberatkan dan dosa riba lebih besar dari menzinahi ibunya sendiri.
Walaupun anda bisa melunasi sebelum jatuh tempo, tetapi ada jebakan riba yang memang dirancang oleh company ini.
Ada 3 strategi investasi emas yang disarankan oleh ebook kebun emas, dan saya tertarik dengan 2 strategi. Menariknya strategi ini menganjurkan utk bekerja sama dengan Bank Syariah atau Pegadaian Syariah. Sekali lagi jangan pakai kartu kredit, walaupun dalam strategi yang dijelaskan, bisa melunasi kartu kredit dalam bebarapa hari atau minggu. Jauhi riba, Insya Allah kita bahagai dunia dan akherat.
Silakan tambah ilmu investasi anda, uang 250 ribu apalah artinya kalau anda bisa memperoleh ilmu yang jauh lebih besar nilainya. Kalau anda belikan baju mungkin 1 tahun sudah usang, tapi kalau anda belikan ilmu akan bermanfaat seumur hidup anda.
Ayo jangan pelit utk diri anda dan keluarga anda, beli jurus jitu investasi emas sekarang juga. Banyak manfaat yang bisa anda petik.
Peluang Usaha Sandal Spon Hotel
Siapa sangka bila sandal spon yang biasanya menjadi salah satu
fasilitas hotel atau penginapan di kota-kota besar, kini menjadi salah
satu peluang bisnis baru yang menjanjikan keuntungan cukup besar bagi pelakunya.
Melihat perkembangan bisnis hotel dan penginapan di Indonesia yang beberapa tahun kebelakang mulai menunjukan peningkatan, ternyata turut mendorong tingkat kebutuhan sandal spon bagi industri hotel dan penginapan di Indonesia. Peluang inilah yang bisa Anda manfaatkan dengan maksimal untuk mendatangkan untung besar dari bisnis sandal spon hotel.
Terbuka Peluang Usaha bagi Anda yang tertarik untuk menjadi Agen/ Reseller produk Sandal Spon Hotel diseluruh Indonesia.
begitu pesatnya perkembangan bisnis hotel di kota-kota menjadikan banyak investor mendirikan hotel di kota-kota. dengan banyaknya pendirian hotel-hotel maka membuka peluang bagi kita untuk bisa menyediakan fasilitas pelayanan pelengkap bagi hotel tersebut, salah satunya adalah sandal spon.
setiap hotel pasti menyediakan fasilitas sandal spon untuk konsumennya, hal ini demi menjaga kenyamanan dari pelayanan hotel. dari sini maka bisnis sandal spon dapat dijadikan rekomendasi untuk membuka usaha yang cukup menjanjikan.
Melihat perkembangan bisnis hotel dan penginapan di Indonesia yang beberapa tahun kebelakang mulai menunjukan peningkatan, ternyata turut mendorong tingkat kebutuhan sandal spon bagi industri hotel dan penginapan di Indonesia. Peluang inilah yang bisa Anda manfaatkan dengan maksimal untuk mendatangkan untung besar dari bisnis sandal spon hotel.
Terbuka Peluang Usaha bagi Anda yang tertarik untuk menjadi Agen/ Reseller produk Sandal Spon Hotel diseluruh Indonesia.
begitu pesatnya perkembangan bisnis hotel di kota-kota menjadikan banyak investor mendirikan hotel di kota-kota. dengan banyaknya pendirian hotel-hotel maka membuka peluang bagi kita untuk bisa menyediakan fasilitas pelayanan pelengkap bagi hotel tersebut, salah satunya adalah sandal spon.
setiap hotel pasti menyediakan fasilitas sandal spon untuk konsumennya, hal ini demi menjaga kenyamanan dari pelayanan hotel. dari sini maka bisnis sandal spon dapat dijadikan rekomendasi untuk membuka usaha yang cukup menjanjikan.
Bisnis Sampingan Dari Hobi Bisa Mendatangkan Hoki
Bisnis Sampingan Dari Hobi Bisa Mendatangkan Hoki
Memiliki aktivitas rutin seperti halnya para pelajar, mahasiswa, karyawan, serta ibu rumah tangga, ternyata tidak membatasi ruang gerak mereka untuk bisa menyalurkan hobi atau passion yang dimilikinya. Bahkan saking cintanya terhadap hobi yang mereka miliki, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya menyalurkan kegemaran tersebut dengan merintis bisnis sampingan.
Keputusan untuk memiliki bisnis sampingan memang tidak selamanya karena kekurangan penghasilan. Banyak diantara para pelaku bisnis sampingan yang sengaja merintis sebuah usaha di sela-sela padatnya jadwal harian mereka, hanya untuk menyalurkan passion atau hobi yang mereka miliki. Contohnya saja seperti menekuni hobi di bidang kreatif dengan membuat boneka lucu dari bahan kaos kaki.
Konsumen
Sekarang ini tidak hanya kalangan anak-anak saja yang menyukai mainan boneka. Para remaja khususnya kaum hawa juga mulai menggemari kreasi unik boneka kaos kaki untuk menambah koleksi boneka yang telah mereka miliki. Tidak hanya itu saja, sekarang ini keberadaan boneka juga menjadi bingkisan (kado) menarik yang banyak dicari para konsumen. Jadi, selain membidik konsumen individu, Anda juga bisa menjalin kerjasama dengan beberapa gerai atau toko kado yang ada di sekitar lokasi usaha untuk memasarkan produk boneka kaos kaki buatan Anda.
Memiliki aktivitas rutin seperti halnya para pelajar, mahasiswa, karyawan, serta ibu rumah tangga, ternyata tidak membatasi ruang gerak mereka untuk bisa menyalurkan hobi atau passion yang dimilikinya. Bahkan saking cintanya terhadap hobi yang mereka miliki, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya menyalurkan kegemaran tersebut dengan merintis bisnis sampingan.
Keputusan untuk memiliki bisnis sampingan memang tidak selamanya karena kekurangan penghasilan. Banyak diantara para pelaku bisnis sampingan yang sengaja merintis sebuah usaha di sela-sela padatnya jadwal harian mereka, hanya untuk menyalurkan passion atau hobi yang mereka miliki. Contohnya saja seperti menekuni hobi di bidang kreatif dengan membuat boneka lucu dari bahan kaos kaki.
Konsumen
Sekarang ini tidak hanya kalangan anak-anak saja yang menyukai mainan boneka. Para remaja khususnya kaum hawa juga mulai menggemari kreasi unik boneka kaos kaki untuk menambah koleksi boneka yang telah mereka miliki. Tidak hanya itu saja, sekarang ini keberadaan boneka juga menjadi bingkisan (kado) menarik yang banyak dicari para konsumen. Jadi, selain membidik konsumen individu, Anda juga bisa menjalin kerjasama dengan beberapa gerai atau toko kado yang ada di sekitar lokasi usaha untuk memasarkan produk boneka kaos kaki buatan Anda.
Senin, 30 Juli 2012
Bisnis Menguntungkan - Meraup Untung Saat Yang Lain Sepi
Bisnis menguntungkan atau merugikan, menjadi pilihan setiap pengusaha. Semua
orang pasti memilih bisnis menguntungkan, namun seringkali kondisi tidak
mendukung. Hal ini terjadi ketika terjadi liburan. Liburan bisa membuat orang
happy, bisa juga membuat bisnis sepi pengunjung.
Coba, Apa perasaan anda ketika mendengar kata ‘Liburan’?
“Sibuk mengurus anak” kata ibu rumah tangga
“Bingung memilih tempat liburan” kata seorang manager pemasaran dengan dua anak
“Bisnis sepi, karena pelanggan pergi ke luar kota.” Kata seorang pegusaha
“Seru, mal saya tambah ramai pengunjung.”kata seorang pengusaha mal terkenal
“Mau liburan, bingung mau titip anjing kesayangan kemana?” kata pecinta binatang
Mendapat omset berlipat-lipat
Bisnis menguntungkan jika bisa melihat peluang. Jika anda adalah ibu rumah tangga, mungkin bingung akan mengajak anak-anak liburan kemana. Jika anda seorang pengusaha akan menghadapi gelombang cuti yang bergiliran membuat suasana kantor yang tadinya sibuk menjadi lebih sepi. Bagi entrepreneur, ini adalah kesempatan yang sangat luar biasa untuk mendapat omset berlipat-lipat dari hari biasa.
Nah, saya ingin bercerita tentang seorang client yang mengalami kebingungan bahkan cenderung stress setiap kali menghadapi momen liburan. Beliau adalah pengusaha bimbingan belajar yang omset penjualannya merosot 75% karena siswa bimbel liburan ke luar kota.
Biasanya, pengusaha yang saya latih, datang dengan berbagai masalah, dan tugas saya adalah membantu mereka menemukan solusi dari dalam diri mereka.
Belajar Super ekspress
Saya ingat ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan saat itu. Pertanyaan saya gunakan untuk menggali kreatifitas semua klien saya agar dapat lebih jernih dalam berpikir.
“pak, saya tahu bisnis anda lesu, pertanyaan saya, apakah semua bisnis lesu?” tanya saya
“Ya, tidak. Biro perjalanan pasti ramai, objek wisata juga, mal dan hotel pasti ramai.” Jawabnya
“Nah, jika mal ramai, berarti tidak semua ke luar kota, bahkan orang luar kota banyak yang ke kota bapak juga, betul?” tanya saya
“Ya,” jawabnya sambil bingung dengan arah pertanyaan saya
“Nah, mengapa mereka pergi ke mal?” tanya saya
“Karena, bingung mau kemana lagi, jika mereka tidak ke luar kota.” Sambil mulai mendapat sedikit pencerahan
“Okay, problem mereka, bingung mau kemana, mengapa mereka tidak diajak belajar sambil mengisi liburan?” Tanya saya.
“Dahsyat, coach. Koq, ngga kepikiran yah?” jawabnya antusias
Alhasil, lahirlah sebuah program “Belajar Super ekspress.” Isinya Merupakan bisnis menguntungkan yang disusun pada saat liburan Juni-Juli, untuk anak yang ingin mengisi waktu liburan mereka dengan kegiatan belajar. Materi yang diberikan pun khusus yaitu materi yang akan diterima pada tahun ajaran baru. Materi pelajarannya telah disusun secara sistematis dan sangat intensif serta memiliki Target yang jelas yaitu 1 (satu) kali pertemuan 1 (satu) BAB harus selesai dengan target waktu 2-3 jam / pertemuan
Pemilik anjing yang sangat bersyukur
Bukan hanya bimbel, biro perjalanan, hotel, resort, objek wisata yang menikmati indahnya bisnis disaat liburan. Tahukah anda, ada sebuah bisnis yang disebut Pet Hotel, bukan sekedar penitipan hewan piaraan tapi hotel mewah yang isinya adalah anjing kesayangan.
Mereka di perlakukan layaknya seorang tamu, mulai dari meja resepsionis mewah, kamar full Air conditioner, tempat tidur mewah hingga room service disiapkan untuk memanjakan hewan piaraan saat ditinggal pergi liburan oleh pemiliknya.
PetSmart PetHotel memasang tarif $23 permalam untuk setiap tamu. Di Indonesia penitipan anjing, kucing, dan binatang piaraan lain pun ramai di kunjungi saat liburan. Bayangkan berapa banyak pemilik anjing yang sangat bersyukur karena ada penitipan binatang yang sangat nyaman, terpercaya dan bahkan membuat binatang piaraan relaks saat ditinggal liburan oleh pemilik.
Nah, bisnis menguntungkan didalam kesempitan ada kesempatan tergantung dari mana anda melihatnya. Banyak sekali kesempatan untuk menciptakan peluang bisnis disaat liburan, waktu luang, bahkan disaat banyak orang mengalami liburan. Selamat berlibur, selamat berbisnis dan selamat menikmati perjalanan anda.
Coba, Apa perasaan anda ketika mendengar kata ‘Liburan’?
“Sibuk mengurus anak” kata ibu rumah tangga
“Bingung memilih tempat liburan” kata seorang manager pemasaran dengan dua anak
“Bisnis sepi, karena pelanggan pergi ke luar kota.” Kata seorang pegusaha
“Seru, mal saya tambah ramai pengunjung.”kata seorang pengusaha mal terkenal
“Mau liburan, bingung mau titip anjing kesayangan kemana?” kata pecinta binatang
Mendapat omset berlipat-lipat
Bisnis menguntungkan jika bisa melihat peluang. Jika anda adalah ibu rumah tangga, mungkin bingung akan mengajak anak-anak liburan kemana. Jika anda seorang pengusaha akan menghadapi gelombang cuti yang bergiliran membuat suasana kantor yang tadinya sibuk menjadi lebih sepi. Bagi entrepreneur, ini adalah kesempatan yang sangat luar biasa untuk mendapat omset berlipat-lipat dari hari biasa.
Nah, saya ingin bercerita tentang seorang client yang mengalami kebingungan bahkan cenderung stress setiap kali menghadapi momen liburan. Beliau adalah pengusaha bimbingan belajar yang omset penjualannya merosot 75% karena siswa bimbel liburan ke luar kota.
Biasanya, pengusaha yang saya latih, datang dengan berbagai masalah, dan tugas saya adalah membantu mereka menemukan solusi dari dalam diri mereka.
Belajar Super ekspress
Saya ingat ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan saat itu. Pertanyaan saya gunakan untuk menggali kreatifitas semua klien saya agar dapat lebih jernih dalam berpikir.
“pak, saya tahu bisnis anda lesu, pertanyaan saya, apakah semua bisnis lesu?” tanya saya
“Ya, tidak. Biro perjalanan pasti ramai, objek wisata juga, mal dan hotel pasti ramai.” Jawabnya
“Nah, jika mal ramai, berarti tidak semua ke luar kota, bahkan orang luar kota banyak yang ke kota bapak juga, betul?” tanya saya
“Ya,” jawabnya sambil bingung dengan arah pertanyaan saya
“Nah, mengapa mereka pergi ke mal?” tanya saya
“Karena, bingung mau kemana lagi, jika mereka tidak ke luar kota.” Sambil mulai mendapat sedikit pencerahan
“Okay, problem mereka, bingung mau kemana, mengapa mereka tidak diajak belajar sambil mengisi liburan?” Tanya saya.
“Dahsyat, coach. Koq, ngga kepikiran yah?” jawabnya antusias
Alhasil, lahirlah sebuah program “Belajar Super ekspress.” Isinya Merupakan bisnis menguntungkan yang disusun pada saat liburan Juni-Juli, untuk anak yang ingin mengisi waktu liburan mereka dengan kegiatan belajar. Materi yang diberikan pun khusus yaitu materi yang akan diterima pada tahun ajaran baru. Materi pelajarannya telah disusun secara sistematis dan sangat intensif serta memiliki Target yang jelas yaitu 1 (satu) kali pertemuan 1 (satu) BAB harus selesai dengan target waktu 2-3 jam / pertemuan
Pemilik anjing yang sangat bersyukur
Bukan hanya bimbel, biro perjalanan, hotel, resort, objek wisata yang menikmati indahnya bisnis disaat liburan. Tahukah anda, ada sebuah bisnis yang disebut Pet Hotel, bukan sekedar penitipan hewan piaraan tapi hotel mewah yang isinya adalah anjing kesayangan.
Mereka di perlakukan layaknya seorang tamu, mulai dari meja resepsionis mewah, kamar full Air conditioner, tempat tidur mewah hingga room service disiapkan untuk memanjakan hewan piaraan saat ditinggal pergi liburan oleh pemiliknya.
PetSmart PetHotel memasang tarif $23 permalam untuk setiap tamu. Di Indonesia penitipan anjing, kucing, dan binatang piaraan lain pun ramai di kunjungi saat liburan. Bayangkan berapa banyak pemilik anjing yang sangat bersyukur karena ada penitipan binatang yang sangat nyaman, terpercaya dan bahkan membuat binatang piaraan relaks saat ditinggal liburan oleh pemilik.
Nah, bisnis menguntungkan didalam kesempitan ada kesempatan tergantung dari mana anda melihatnya. Banyak sekali kesempatan untuk menciptakan peluang bisnis disaat liburan, waktu luang, bahkan disaat banyak orang mengalami liburan. Selamat berlibur, selamat berbisnis dan selamat menikmati perjalanan anda.
Memulai Usaha Dari Sebuah Gagasan
Memulai Usaha Dari Sebuah Gagasan..!
Bagi mereka yang berniat memulai usaha, pada umumnya masalah pertama yang dihadapi adalah pertanyaan tentang bidang usaha apa yang sebaiknya dijalankan.
Pertanyaan yang kelihatan remeh ini, sesungguhnya mempunyai bobot yang besar sekali artinya dan amat menentukan masa depan perusahaan yang akan didirikan tersebut. Bahkan, kemungkinan besar juga menentukan masa depan sipengusaha sendiri. Jadi, bagaimanakah cara yang paling tepat untuk menentukan bidang usaha ?
Menurut logika, sebuah usaha yang berpeluang untuk berjalan dengan lancar adalah usaha yang tingkat persaingannya kecil, tetapi tingkat kebutuhan pada konsumennya tinggi. Tentu dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya sudah terpenuhi. Untuk bisa menekan tingkat persaingan sampai sekecil mungkin, maka seyogyanya produk yang akan dijual merupakan produk yang mempunyai sifat-sifat orisinil, belum pernah dibuat orang lain, atau bila produk itu berupa produk yang sudah ada sebelumnya, sebaiknya mempunyai nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.
Banyak kejadian memperlihatkan bahwa kecenderungan orang untuk memulai usaha adalah dengan mengikuti trend saat tertentu. Misalnya, kalau sekarang banyak orang mendirikan ruko (rumah-toko) , maka dengan anggapan usaha yang diminati banyak orang itu pasti menguntungkan, lalu beramai-ramai ikut mendirikan ruko. Pola berpikir seperti ini terlalu menggampangkan, seakan-akan menyamakan trend bisnis dengan trend mode. Dibidang mode, kalau saat ini sedang digemari potongan rambut crew-cut (potongan pendek) misalnya, tidak ada masalah bagi siapa saja untuk meniru. Akan tetapi, kalau kita meniru bidang usaha yang sudah begitu banyak orang lain menjalankannya, berarti kita terjun kedalam suatu lahan yang sudah penuh sesak dengan persaingan. Sulit untuk kita bisa berkembang dalam situasi yang demikian, apalagi bila kita pendatang baru yang sudah “kesiangan” (terlambat).
Sejak tahun-tahun 1970-an, pola “ngikut trend” ini banyak dilakukan orang pada bidang-bidang yang segera menjadi jenuh, seperti mendirikan theater, klub malam, taksi, radio swasta niaga, diskotik, mendirikan apartemen, RSS (rumah sangat sederhana), wartel (warung telekomunikasi) dan lain-lain.
Di bidang finansial bahkan menjadi mode bagi sementara orang baik pengusaha maupun bukan, untuk terjun bermain valas (valuta asing), bursa saham bahkan bursa komoditi. Tidak sedikit mereka yang pengetahuannya terbatas tentang bidang-bidang tersebut ikut-ikutan bermain, lalu tiba-tiba, tanpa mengerti sedikitpun tentang alasannya, uangnya dinyatakan amblas tidak bisa dicegah lagi. Kejadian seperti ini terlalu mengerikan untuk dialami oleh setiap calon wiraswastawan yang punya idealisme.
Alex S. Nitisemito dalam bukunya “Memulai Usaha Dengan Modal Kecil”, memberikan contoh yang bagus tentang seorang pemilik kebun apel yang pada suatu hari menemukan buah apel yang jatuh ketanah bekas dimakan burung. Karena buah apel tersebut ternyata berbau anggur, maka timbullah gagasannya untuk mendirikan usaha minuman sari buah apel.
Yang demikian itu merupakan ide orisinil. Bukan tiruan atau menjiplak ide orang lain. Henry Ford memulai usaha dengan gagasan untuk membuat mobil yang baik bagi masyarakat banyak dengan harga terjangkau, dan usahanya sukses. Begitu juga Bill Gates yang berangan-angan untuk “mengkomputerkan” seluruh dunia, ternyata melesat begitu cepatnya menjadi raja komputer sejagat.
Ide atau gagasan tidak selalu datang begitu saja tanpa disangka-sangka, sehingga orang tidak akan bisa mengetahui kapan ide itu akan datang. Jangan menunggu datangnya ilham, atau mengharapkan bisikan gaib melalui mimpi saat tidur. Ide harus dikejar, dipikirkan dan dicari. Ini suatu bukti yang menguatkan bahwa kewiraswastaan adalah “kerja otak” bukan “kerja otot”. Gagasan bisa datang dan terjadi kapan saja, maka kita harus selalu waspada. Seperti contoh di atas, pemilik kebun apel ada dalam keadaan waspada sehingga ia bisa mencetuskan sebuah ide besar berdasarkan sebuah kejadian kecil. Kalau tidak, ribuan buah apel bekas dimakan burung yang berjatuhan keatas tanah, tetap tinggal membusuk tanpa arti apa-apa bagi siapa pun.
Bagaimana Memfranchisekan Usaha Anda?
Pada beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 1-3 juni 2007
diselenggarakan sebuah pameran franchise dan business opportunity di
Jakarta. Pameran tersebut merupakan salah satu pameran franchise
terbesar di Indonesia yang diadakan pada tahun 2007. Pada pameran
tersebut, dari kantor konsultan IFBM ikut berpartisipasi dengan membuka
stan dan memberikan free konsultasi selama pameran berlangsung bagi
siapa pun yang tertarik dengan bisnis franchise.
Selama 3 hari, ternyata bukan hanya calon pembeli bisnis franchise yang datang ke pameran tapi juga banyak calon-calon franchisor atau penjual bisnis franchise yang sempat datang ke pameran untuk melihat atmosfer bisnis franchise di Indonesia yang sedang booming.
Banyak calon-calon franchisor tersebut yang berkonsultasi dengan pihak kami tentang bagaimana membuat bisnis mereka menjadi bisnis franchise yang siap dijual dan sukses di industri franchise di Indonesia. Dalam catatan kami, partisipan franchisor yang buka stand di pameran tersebut tidak kurang dari 100 perusahaan franchise sehingga bisnis franchise semakin menggiurkan bagi calon-calon pembeli franchise (franchisee).
Semakin banyaknya pilihan perusahaan franchise membuat calon franchisee menjadi lebih memiliki alternatif bisnis franchise apa yang kelak ingin dijalankan. Di lain sisi, bagi franchisor akan dituntut semakin kompetitif guna bersaing dengan franchisor di bidang yang sama. Misalnya, Dobbi chicken akan bersaing dengan red crispy atau merek-merek baru yang juga menjual ayam goreng ala KFC sebagai menu utamanya.
Tetapi hati-hati bagi calon franchisee. Sebelum anda membeli franchise, pastikan terlebih dahulu apakah memang perusahaan tersebut sudah termasuk status franchise atau masih berstatus business opportunity? Banyak perusahaan yang mengklaim dirinya perusahaan franchise tetapi ternyata jika diteliti lebih detail, perusahaan tersebut ternyata masih business opportunity.
Oleh sebab itu, kami dari konsultan IFBM yang telah beroperasi lebih dari 10 tahun di bidang franchise development melalui tulisan di kolom ini akan memandu Anda yang ingin membangun atau membuat system franchise yang unggul bagi perusahaan Anda. Tentunya dengan panduan tersebut, calon-calon franchisee pun dapat memanfaatkannya untuk menilai dan mengevaluasi sebuah perusahaan franchise.
Pada tulisan seri pertama ini, kami ingin memberikan persiapan apa aja yang harus anda lakukan ketika anda membangun sistem franchise?. Ada tiga persiapan yang harus Anda lakukan : Persiapan paradigma, organisasi dan investasi.
Persiapan paradigma merupakan yang pertama yang dilakukan oleh Anda. Ketika anda memutuskan akan memfranchisekan bisnis Anda, maka paradigma yang harus dimiliki bukan lagi paradigma untuk menjual produk/jasa kepada konsumen. Misalnya, ketika anda memiliki bisnis makanan bakmi, maka paradigma anda bukan lagi menjual mie kepada pelanggan tetapi paradigma yang harus dibangun adalah menjual ”bisnis” bakminya kepada calon-calon franchisee. Maka perlakuan untuk kedua jenis customer tersebut sangat berbeda. Yang pertama, anda menjual kepada pembeli langsung yang merupakan pemakan mie anda, tetapi yang kedua, anda menjual kepada calon investor franchise yang belum tentu suka makan mie. Namun karena tertarik dengan bisnisnya maka ia membeli franchise anda.
Persiapan kedua ialah persiapan organisasi. Persiapan ini dilakukan untuk membentuk organisasi yang solid di dalam perusahaan anda. Apa saja persiapan yang dilakukan di dalam persiapan organisasi akan dibahas secara mendalam di tulisan-tulisan mendatang.
Persiapan terakhir adalah persiapan investasi. Disini merupakan persiapan modal yang nantinya harus anda keluarkan untuk menjalankan bisnis franchise anda. Pembahasan persiapan investasi juga akan kami bahas secara mendalam di tulisan-tulisan mendatang. Secara singkat, persiapan investasi akan menghitung berapa biaya investasi awal anda untuk menjadi franchisor, dan berapa besar franchise fee dan royalty fee yang akan dikenakan kepada franchisee-franchisee anda.
Ketiga persiapan diatas harus disiapkan secara matang sebelum anda terjun di bisnis franchise. Namun, langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan jika ketiga persiapan tersebut telah mantap. Langkah-langkah atau step-step akan kami kupas di tulisan berikutnya. So, nantikan ...!
Sukses Luar Biasa untuk Bisnis Franchise Anda !
Selama 3 hari, ternyata bukan hanya calon pembeli bisnis franchise yang datang ke pameran tapi juga banyak calon-calon franchisor atau penjual bisnis franchise yang sempat datang ke pameran untuk melihat atmosfer bisnis franchise di Indonesia yang sedang booming.
Banyak calon-calon franchisor tersebut yang berkonsultasi dengan pihak kami tentang bagaimana membuat bisnis mereka menjadi bisnis franchise yang siap dijual dan sukses di industri franchise di Indonesia. Dalam catatan kami, partisipan franchisor yang buka stand di pameran tersebut tidak kurang dari 100 perusahaan franchise sehingga bisnis franchise semakin menggiurkan bagi calon-calon pembeli franchise (franchisee).
Semakin banyaknya pilihan perusahaan franchise membuat calon franchisee menjadi lebih memiliki alternatif bisnis franchise apa yang kelak ingin dijalankan. Di lain sisi, bagi franchisor akan dituntut semakin kompetitif guna bersaing dengan franchisor di bidang yang sama. Misalnya, Dobbi chicken akan bersaing dengan red crispy atau merek-merek baru yang juga menjual ayam goreng ala KFC sebagai menu utamanya.
Tetapi hati-hati bagi calon franchisee. Sebelum anda membeli franchise, pastikan terlebih dahulu apakah memang perusahaan tersebut sudah termasuk status franchise atau masih berstatus business opportunity? Banyak perusahaan yang mengklaim dirinya perusahaan franchise tetapi ternyata jika diteliti lebih detail, perusahaan tersebut ternyata masih business opportunity.
Oleh sebab itu, kami dari konsultan IFBM yang telah beroperasi lebih dari 10 tahun di bidang franchise development melalui tulisan di kolom ini akan memandu Anda yang ingin membangun atau membuat system franchise yang unggul bagi perusahaan Anda. Tentunya dengan panduan tersebut, calon-calon franchisee pun dapat memanfaatkannya untuk menilai dan mengevaluasi sebuah perusahaan franchise.
Pada tulisan seri pertama ini, kami ingin memberikan persiapan apa aja yang harus anda lakukan ketika anda membangun sistem franchise?. Ada tiga persiapan yang harus Anda lakukan : Persiapan paradigma, organisasi dan investasi.
Persiapan paradigma merupakan yang pertama yang dilakukan oleh Anda. Ketika anda memutuskan akan memfranchisekan bisnis Anda, maka paradigma yang harus dimiliki bukan lagi paradigma untuk menjual produk/jasa kepada konsumen. Misalnya, ketika anda memiliki bisnis makanan bakmi, maka paradigma anda bukan lagi menjual mie kepada pelanggan tetapi paradigma yang harus dibangun adalah menjual ”bisnis” bakminya kepada calon-calon franchisee. Maka perlakuan untuk kedua jenis customer tersebut sangat berbeda. Yang pertama, anda menjual kepada pembeli langsung yang merupakan pemakan mie anda, tetapi yang kedua, anda menjual kepada calon investor franchise yang belum tentu suka makan mie. Namun karena tertarik dengan bisnisnya maka ia membeli franchise anda.
Persiapan kedua ialah persiapan organisasi. Persiapan ini dilakukan untuk membentuk organisasi yang solid di dalam perusahaan anda. Apa saja persiapan yang dilakukan di dalam persiapan organisasi akan dibahas secara mendalam di tulisan-tulisan mendatang.
Persiapan terakhir adalah persiapan investasi. Disini merupakan persiapan modal yang nantinya harus anda keluarkan untuk menjalankan bisnis franchise anda. Pembahasan persiapan investasi juga akan kami bahas secara mendalam di tulisan-tulisan mendatang. Secara singkat, persiapan investasi akan menghitung berapa biaya investasi awal anda untuk menjadi franchisor, dan berapa besar franchise fee dan royalty fee yang akan dikenakan kepada franchisee-franchisee anda.
Ketiga persiapan diatas harus disiapkan secara matang sebelum anda terjun di bisnis franchise. Namun, langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan jika ketiga persiapan tersebut telah mantap. Langkah-langkah atau step-step akan kami kupas di tulisan berikutnya. So, nantikan ...!
Sukses Luar Biasa untuk Bisnis Franchise Anda !
Pilih Mana Jadi Investor atau Pemilik Bisnis?
Jakarta - Entah investasi itu di dalam real estate, sebuah bisnis, saham, atau obligasi
tetap ada “naluri bisnis komprehensif” mendasar yang paling penting
untuk menjadi investor yang handal. Beberapa orang memiliki naluri
komprehensif ini, tapi banyak yang tidak. Terutama karena sekolah
melatih sangat terspesialisasi, tidak terlatih secara komprehensif.
Jalan yang disarankan, banyak orang memilih langsung menjadi investor. Menurut Robert Kiyosaki, “Jika kau mempunyai banyak uang dan waktu luang, silahkan memasuki kuadran “I” atau investor. Tapi jika kau tidak mempunyai banyak uang dan waktu, jalan yang disarankan lebih aman yaitu masuk ke kuadran “B” atau business owner terlebih dahulu. Mengapa?
1. Pengalaman dan pendidikan
Jika pertama-tama sukses sebagai seorang “B” , Anda akan mendapat kesempatan yang lebih baik untuk berkembang menjadi seorang “I” yang kuat. “I” menanam modal di “B”. Jika pertama-tama mengembangkan naluri bisnis yang mantap, Anda akan menjadi investor yang lebih baik. Anda akan bisa lebih baik mengenali “B” lain yang bagus. Investor sejati menanam modal pada “B” yang sukses dengan sistem bisnis yang stabil. Sangat berisiko untuk berinvestasi pada seorang “E” (Employee) atau “S” (Self-Employee) yang tidak mengetahui perbedaan antara sebuah sistem dengan sebuah produk atau yang tidak mempunyai keterampilan kepemimpinan yang baik.
2.Cashflow
Jika memiliki bisnis yang berjalan baik, Anda berarti mempunyai waktu luang dan uang untuk menopang fluktuasi kuadrant “I”. Sering kita bertemu orang-orang dari kuadrant “E-S” yang keuangannya begitu terbatas hingga mereka tak sanggup menanggung kerugian finansial dam bentuk apapun. Hanya dalam satu kali ayunan pasar mereka langsung bangkrut karena mereka secara finansial beroperasi di “garis merah”. Kenyataannya adalah investasi membutuhkan pengetahuan serta modal yang banyak. Kadang dibutuhkan banyak modal dan waktu untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Saran Robert Kiyosaki adalah bagi mereka yang mulai pindah ke kuadran “B” atau “I”, mulailah dengan kecil-kecilan dan perlahan-lahan. Lakukan transaksi yang lebih besar setelah keyakinan dan pengalaman Anda tumbuh.
Begitu seseorang memperoleh pengalaman dan reputasi bagus, semakin lama dibutuhkan semakin sedikit uang untuk menciptakan investasi yang semakin besar. Sering tidak dibutuhkan uang untuk menghasilkan banyak uang. Mengapa? Pengalaman sangat berharga.
Semoga Bermanfaat, Saya Tung Desem Waringin mengucapkan salam dahsyat!
Jalan yang disarankan, banyak orang memilih langsung menjadi investor. Menurut Robert Kiyosaki, “Jika kau mempunyai banyak uang dan waktu luang, silahkan memasuki kuadran “I” atau investor. Tapi jika kau tidak mempunyai banyak uang dan waktu, jalan yang disarankan lebih aman yaitu masuk ke kuadran “B” atau business owner terlebih dahulu. Mengapa?
1. Pengalaman dan pendidikan
Jika pertama-tama sukses sebagai seorang “B” , Anda akan mendapat kesempatan yang lebih baik untuk berkembang menjadi seorang “I” yang kuat. “I” menanam modal di “B”. Jika pertama-tama mengembangkan naluri bisnis yang mantap, Anda akan menjadi investor yang lebih baik. Anda akan bisa lebih baik mengenali “B” lain yang bagus. Investor sejati menanam modal pada “B” yang sukses dengan sistem bisnis yang stabil. Sangat berisiko untuk berinvestasi pada seorang “E” (Employee) atau “S” (Self-Employee) yang tidak mengetahui perbedaan antara sebuah sistem dengan sebuah produk atau yang tidak mempunyai keterampilan kepemimpinan yang baik.
2.Cashflow
Jika memiliki bisnis yang berjalan baik, Anda berarti mempunyai waktu luang dan uang untuk menopang fluktuasi kuadrant “I”. Sering kita bertemu orang-orang dari kuadrant “E-S” yang keuangannya begitu terbatas hingga mereka tak sanggup menanggung kerugian finansial dam bentuk apapun. Hanya dalam satu kali ayunan pasar mereka langsung bangkrut karena mereka secara finansial beroperasi di “garis merah”. Kenyataannya adalah investasi membutuhkan pengetahuan serta modal yang banyak. Kadang dibutuhkan banyak modal dan waktu untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Saran Robert Kiyosaki adalah bagi mereka yang mulai pindah ke kuadran “B” atau “I”, mulailah dengan kecil-kecilan dan perlahan-lahan. Lakukan transaksi yang lebih besar setelah keyakinan dan pengalaman Anda tumbuh.
Begitu seseorang memperoleh pengalaman dan reputasi bagus, semakin lama dibutuhkan semakin sedikit uang untuk menciptakan investasi yang semakin besar. Sering tidak dibutuhkan uang untuk menghasilkan banyak uang. Mengapa? Pengalaman sangat berharga.
Semoga Bermanfaat, Saya Tung Desem Waringin mengucapkan salam dahsyat!
Minggu, 29 Juli 2012
Memulai Bisnis Perlu Partner atau Tidak?
Jakarta - Banyak orang bingung saat memulai
bisnis untuk memutuskan apakah sebaiknya punya partner atau menjalankan
bisnis sendiri saja. Jadi perlukah seorang partner itu?
Sebenarnya dalam berbisnis, orang-orang perlu memiliki partner. Partner memiliki peranan yang cukup penting karena dapat membawa pengaruh positif untuk mengembangkan bisnis Anda.
Saya akan jelaskan mengapa harus mempunyai atau mencari partner, karena:
1.Modalnya
Karena perusahaan lain mempunyai keuntungan yang besar sehingga kita membutuhkan modal dari partner kita yang memiliki banyak keuntungan.
2.Keterampilannya
Karena dari keterampilan orang lain kita bisa mengambil sedikit ilmu yang dia kuasai.
3.Kenalannya
Karena mungkin banyak partner dari partner yang kita kenal. Ia memilki banyak partner sehingga dikenalkan ke berbagai kenalannya. Otomatis kita jauh lebih bisa mempromosikan apa yang kita marketingkan.
4.Namanya
Mungkin dalam arti disini namanya sangat besar sehingga kita lebih mudah untuk memakai atau untuk mempromosikan juga lebih mudah karena sudah terkenal
5.Tempatnya
Jika bekerja sama, kita dapat memakai tempatnya dengan gratis atau membayar setelah mendapatkan keuntungan yang besar. Jadi uang sewa tempat bisa dibayar belakangan.
6.Pengetahuannya
Lebih mudah dan menguntungkan bagi kita jika berpartner dengan orang yang memiliki ilmu pengetahuannya lebih banyak dibanding kita. Belajar dari dia itu juga sangat
bagus.
7.Tetap akrab /Relationship
Hubungan yang akrab menambah kedekatan antar partner. Jangan sampai hubungan itu pecah karena ada hal-hal yang membuat mereka pecah. Tetap jalin satu sama lain, dan saling menghargai.
Semoga bermanfaat. Saya Tung Desem Waringin mengucapkan salam dahsyat!
NFIB Exposed: 'Voice Of Small Business' Is A Front, Group Charges
WASHINGTON -- The same group that exposed the previously little-known American Legislative Exchange Council (ALEC) as a dominant force advancing corporate interests at the state level has now turned its sights on exposing the National Federation of Independent Business (NFIB).
NFIB is hardly operating in near-secrecy, like ALEC was. The organization, which describes itself as "the voice of small business," was the lead plaintiff in the ultimately unsuccessful lawsuit against the Affordable Care Act, taking it to the Supreme Court.
The left-leaning Center for Media and Democracy has posted on NFIBexposed.org, its new website, a study that reveals how consistently the NFIB lobbies on issues that favor large corporate interests rather than small-business interests; its thoroughly partisan agenda; and the millions it receives in secret contributions from groups associated with Karl Rove and the Koch Brothers.
"I think that this new site helps expose the fact that the National Federation of Independent Business is not so independent, and it certainly is not acting as the voice of small business," said Lisa Graves, the center's director.
But Jean Card, NFIB's vice president for communications, lashed out at the new website Wednesday. In an emailed statement to The Huffington Post, she wrote: "It is an insult to small-business owners across the country for another organization, with no connection to small business whatsoever, to imply that job creators don't know what's best for themselves."
"NFIB is a member-driven, issue-driven organization. All of our advocacy and legal efforts are based purely on the positions of our membership, whose views and priorities we monitor constantly … and its membership are not concerned with party affiliation; we focus on policies, not party."
The NFIBexposed.org website, however, chronicles how 98 percent of NFIB's campaign contributions so far in the 2012 election cycle have gone to Republicans, and how 100 percent of its advertising budget supported either Republicans or opposed Democrats.
Looking at all donations since 1989, the NFIB is ranked third highest on Opensecrets.org's list of political "heavy hitters," based on the percentage of its contributions going to Republican candidates. NFIB's 93 percent is higher than Koch Industries with 90 percent; Exxon Mobil with 86 percent; and the National Rifle Association with 82 percent.
By contrast, small-business owners are not as partisan. In fact, a recent poll showed that 47 percent of small-business owners plan to vote for President Barack Obama, compared to 39 percent who plan to vote for Mitt Romney.
The website also links to documents that detail NFIB's top executive Dan Danner's compensation package, totaling $743,676 in 2010. "That tells me that there's some big-money interests willing to pay a real big-business corporate salary for the head of this organization," Graves said. "That is not on par with a typical small-business owner's salary. It's a big-business salary."
Although NFIB doesn't disclose where it gets its money, some of its funders have to list their donations in public documents. The new website and other research shows that a big chunk of its budget came from the Donors Trust, a secretive conservative group that also funnels money to groups like the Koch Brothers' Americans for Prosperity Foundation, and from Karl Rove-founded Crossroads GPS.
Ironically, Rove's Crossroads GPS gave NFIB $3.7 million as part of Rove's efforts to persuade the IRS that his group spends less than half of its money on overtly partisan activities. According to Crossroad's tax return, the donation was in the interest of "social welfare."
Wendell Potter, author of "Deadly Spin, An Insurance Company Insider Speaks Out on How Corporate PR Is Killing Health Care and Deceiving Americans," said he recalled from his days as an insurance company executive that NFIB was available for message-laundering.
"The industry has known that it can typically rely on the NFIB to carry its water," he said.
More than a dozen years ago, when the insurance industry was working to kill legislation that would have established a "Patients' Bill of Rights," Potter recalled, "they knew that messaging from them wouldn't work," so the industry partnered with NFIB.
"It was an organization that had the perception of representing small business and it really was representing the interests of the insurance industry," Potter said.
NFIB's opposition to the Affordable Care Act is the perfect example, he said. Obama's signature law "will enable more small business to offer coverage to their workers and get some tax exemptions for doing that," Potter noted. "In the past, small businesses have not enjoyed the same benefits from the tax point of view that the larger companies have."
So, in fact, NFIB was "working against the interests of small business," Potter said.
Mother Jones recently noted that the NFIB lobbied heavily against Obama's plan to increase taxes on the wealthy, even though "[o]nly 3 percent of small businesses net more than $250,000 a year, the lowest income that would be affected by Obama's tax plan."
"They're actually throwing the voice of big businesses," said Graves. "That has an impact on media coverage. The media will highlight the perspective of the NFIB as if it were representative of small business."
NFIB is hardly operating in near-secrecy, like ALEC was. The organization, which describes itself as "the voice of small business," was the lead plaintiff in the ultimately unsuccessful lawsuit against the Affordable Care Act, taking it to the Supreme Court.
The left-leaning Center for Media and Democracy has posted on NFIBexposed.org, its new website, a study that reveals how consistently the NFIB lobbies on issues that favor large corporate interests rather than small-business interests; its thoroughly partisan agenda; and the millions it receives in secret contributions from groups associated with Karl Rove and the Koch Brothers.
"I think that this new site helps expose the fact that the National Federation of Independent Business is not so independent, and it certainly is not acting as the voice of small business," said Lisa Graves, the center's director.
But Jean Card, NFIB's vice president for communications, lashed out at the new website Wednesday. In an emailed statement to The Huffington Post, she wrote: "It is an insult to small-business owners across the country for another organization, with no connection to small business whatsoever, to imply that job creators don't know what's best for themselves."
"NFIB is a member-driven, issue-driven organization. All of our advocacy and legal efforts are based purely on the positions of our membership, whose views and priorities we monitor constantly … and its membership are not concerned with party affiliation; we focus on policies, not party."
The NFIBexposed.org website, however, chronicles how 98 percent of NFIB's campaign contributions so far in the 2012 election cycle have gone to Republicans, and how 100 percent of its advertising budget supported either Republicans or opposed Democrats.
Looking at all donations since 1989, the NFIB is ranked third highest on Opensecrets.org's list of political "heavy hitters," based on the percentage of its contributions going to Republican candidates. NFIB's 93 percent is higher than Koch Industries with 90 percent; Exxon Mobil with 86 percent; and the National Rifle Association with 82 percent.
By contrast, small-business owners are not as partisan. In fact, a recent poll showed that 47 percent of small-business owners plan to vote for President Barack Obama, compared to 39 percent who plan to vote for Mitt Romney.
The website also links to documents that detail NFIB's top executive Dan Danner's compensation package, totaling $743,676 in 2010. "That tells me that there's some big-money interests willing to pay a real big-business corporate salary for the head of this organization," Graves said. "That is not on par with a typical small-business owner's salary. It's a big-business salary."
Although NFIB doesn't disclose where it gets its money, some of its funders have to list their donations in public documents. The new website and other research shows that a big chunk of its budget came from the Donors Trust, a secretive conservative group that also funnels money to groups like the Koch Brothers' Americans for Prosperity Foundation, and from Karl Rove-founded Crossroads GPS.
Ironically, Rove's Crossroads GPS gave NFIB $3.7 million as part of Rove's efforts to persuade the IRS that his group spends less than half of its money on overtly partisan activities. According to Crossroad's tax return, the donation was in the interest of "social welfare."
Wendell Potter, author of "Deadly Spin, An Insurance Company Insider Speaks Out on How Corporate PR Is Killing Health Care and Deceiving Americans," said he recalled from his days as an insurance company executive that NFIB was available for message-laundering.
"The industry has known that it can typically rely on the NFIB to carry its water," he said.
More than a dozen years ago, when the insurance industry was working to kill legislation that would have established a "Patients' Bill of Rights," Potter recalled, "they knew that messaging from them wouldn't work," so the industry partnered with NFIB.
"It was an organization that had the perception of representing small business and it really was representing the interests of the insurance industry," Potter said.
NFIB's opposition to the Affordable Care Act is the perfect example, he said. Obama's signature law "will enable more small business to offer coverage to their workers and get some tax exemptions for doing that," Potter noted. "In the past, small businesses have not enjoyed the same benefits from the tax point of view that the larger companies have."
So, in fact, NFIB was "working against the interests of small business," Potter said.
Mother Jones recently noted that the NFIB lobbied heavily against Obama's plan to increase taxes on the wealthy, even though "[o]nly 3 percent of small businesses net more than $250,000 a year, the lowest income that would be affected by Obama's tax plan."
"They're actually throwing the voice of big businesses," said Graves. "That has an impact on media coverage. The media will highlight the perspective of the NFIB as if it were representative of small business."
How to Persuade Your Boss to Fund Your Business Idea
Shara Senderoff dreamed up Intern Sushi
in 2005, when she was a college sophomore. Lacking the cash to launch a
startup, she finished school and took a job in the film and TV world as
assistant to mega-producer Mark Gordon. By 2010, Senderoff was
developing feature films and web series for The Mark Gordon Co. But her
idea for a website that would connect interns and employers still
beckoned. In late 2010, she dusted off her old business plan and pitched
her boss the idea.
Gordon gave her the green light to develop the site internally, on his company's time, dime and payroll.
The initial plan was for Senderoff to split her Intern Sushi and film-production duties 50-50. But by September 2011, she says, her site had become "a machine of its own." Senderoff left The Mark Gordon Co. to run Intern Sushi full time, and Gordon, who's billed as a co-founder (along with Senderoff and ad man Richard Gelb), became one of the startup's earliest investors, sinking six figures into the venture.
Today 20,000 interns and 2,600 companies use Intern Sushi, which officially launched this fall and features 5,000 open positions in 11 industries. The company, which initially drew $800,000 in funding, is currently completing its second investment round.
For Senderoff, having the support of a boss who believed in her was windfall enough. "I was fortunate to be a salaried employee before I took the big risk of being a startup," she says. "It's an incredible gift to be able to focus on getting your business off of the ground without having to worry about how you'll pay your rent."
You don't have to work for a Hollywood mogul to sell your startup idea to your employer. More companies, in a variety of sectors, are recognizing that the key to competing in today's warp-speed marketplace is encouraging entrepreneurial thinking from within--otherwise known as "intrapreneurship."
"We are in a time that's calling for a lot of innovation," says Gifford Pinchot, a Fortune 100 consultant who has written several books on intrapreneurship. "Companies that are supportive of entrepreneurship are in more of a position to thrive."
That's why innovators like Google and 3M famously implemented policies to let employees spend a percentage of each week on their passion projects. It's also why consulting firms such as Ernst & Young and PwC have begun holding in-house entrepreneur contests.
But it's not just a matter of quashing the competition. It's also about keeping employees happy. "Companies are kind of forced into it," says Dan Schawbel, founder of Gen Y consulting and research firm Millennial Branding, because "retention rates are terrible." A recent study commissioned by Schawbel's firm found that nearly one-third of employers look for entrepreneurial experience when recruiting entry-level candidates. "A decade ago that wouldn't have happened," he says.
Making Your Pitch
To use your employer's hunger for innovation to support your own projects, start with ideas that feed the company business model. "Those are the types of projects that are the easiest for anyone to talk about within the company and get funded," says Ikhlaq Sidhu, founder of the University of California, Berkeley's Fung Institute for Engineering Leadership, a fast-track entrepreneurial program for engineers.
That's what Dr. Lisa Tseng did. In March 2011, while working as chief of staff for UnitedHealthcare's public programs, she pitched the insurance company's upper management on a way to make hearing aids--which often cost $6,000 to $8,000 per pair--more affordable. Because her idea fit with her employer's mission of improving healthcare, it was a slam-dunk.
"We were told to move forward right after the presentation," says Tseng, who immediately became CEO of hi HealthInnovations, the startup she proposed. Today hi HealthInnovations sells high-tech hearing aids for a retail price of $749 per ear.
Researching the heck out of your idea is another must. "Know your
market really, really broadly and your consumers really, really
narrowly," says Michael Kestenbaum, CEO of
Crowded Room,
a location-based mobile app that his employer, internet company IAC,
funded and let him develop in 2010. "If you're creating a baseball app,
know what the baseball fan looks like. Know how many times a year they
go to the game. Know how they get to the game. What they eat when
they're at the game. But at the same time, know the sports and live
events market."
Even if it's a long shot, your pitch needs to offer information with value. "If you're going to sit in a meeting with the CEO of your company, make sure they get something out of it," adds Kestenbaum, who was in mergers and acquisitions at IAC before running Crowded Room. They may shoot down your first idea, he says, but that's how you get invited to pitch again.
Knowing what you'll say in your pitch is only half the battle, because how you say it is just as important. "The last thing you want to do is start with a super-detailed slide presentation to a CEO who doesn't like being presented to via PowerPoint," Kestenbaum says.
Senderoff agrees. When she proposed Intern Sushi to her time-strapped boss, she knew the key would be getting to the point in the first 60 seconds--much like a Hollywood script pitch. Because Gordon is "a very visual guy," Senderoff relied heavily on charts and graphics to illustrate her business concept, market and revenue model, rather than plonking a 30- to 50-page business plan on his desk.
Juggling Two Jobs
It can be a balancing act to double as an entrepreneur and an employee. You want to pour your heart and soul into your baby and show management they were right to invest in you; at the same time, you have to do your day job justice.
Jamie Pritscher knows this juggle all too well. In 2009 she convinced her employer, Chicago-area business caterer Tasty Catering, to expand its modest corporate gifts division into a full-blown e-commerce company, with her at the helm. The result was That's Caring, which sells environmentally friendly gift baskets. Pritscher received $50,000 in seed money from her bosses, along with their blessing to work on That's Caring during business hours if needed, as long as she could keep up with her duties as Tasty Catering's full-time logistics director.
That fall and winter involved a lot of scrambling. During the holiday season, when That's Caring does 75 percent of its business, Pritscher regularly pulled 80-hour workweeks. "Your first year in business, you're not really sure what to expect," she says. "People wait last-minute to order. And I wasn't used to that. The second year was much easier."
On the plus side, birthing a startup as an employee means that good mentors are in the cubicle next door. Having the ear of Tasty Catering's sales team and executives was a boon for Pritscher, who'd never run her own operation before.
"Being able to walk up to the desk of someone who has been in business for 40 years and talk out business problems and walk away with a solution in 20 minutes instead of trying to figure it out on your own--it's priceless," says Pritscher, who left her gig as logistics director in 2010, when That's Caring began making enough money to pay her salary.
Free access to on-site support services is another bonus of intrapreneurship, says Michael Paladino, director of technology activation at Rockfish, a digital agency based in Rogers, Ark.
"We don't have to worry about some of the infrastructure that startups do," explains Paladino, who as a newly hired web developer in 2009 spearheaded Rockfish's development of TidyTweet, a Twitter application that filters out spam. "We have billing in place. We have hosting in place. I have access to our legal team. I have access to our creative team."
Shared risks, shared rewards
For the risk-averse or cash-strapped, having an employer incubate your startup can be a happy medium. No, you won't fully own your creation, but you won't have to fork up the seed money, either.
Pete Balistreri was all too happy to make this trade-off. An executive chef at the San Diego location of Tender Greens, a California restaurant chain specializing in sustainable food, Balistreri taught himself to make cured meats on the job. Soon the menu began featuring his salumi, and his bosses invested in a $5,000 professional curing chamber.
This August, with the help of Tender Greens' owners, Balistreri launched his own line of packaged meats, P. Balistreri Salumi, which the restaurant will sell in its seven locations. Plans include distribution to other eateries and artisan food retailers. The company is a partnership between Balistreri and Tender Greens' three owners, who footed all the startup costs.
"It's a big deal for me to have made a 35-pound batch of salami and then to see a 500-pound batch of it made," Balistreri says. "I would never have been able to make this product and sell it on my own."
But your intrapreneurial efforts don't need to result in an eponymous product label, swanky new title or co-ownership to give your career a boost. Just pitching and attempting to start a new venture will earn you a reputation as a trailblazer, says innovation consultant Pinchot. "And in companies where that's important, innovators move ahead of their peers," he says.
What if, despite your best efforts, your baby falls flat on its face? If nothing else, it's a learning experience, for you and your employer, says Crowded Room's Kestenbaum. "The knowledge that you're going to gain is tremendous," he says. "Getting to know a market, getting to know consumers, getting to know technologies--that stuff is valuable regardless of whether your startup succeeds."
Intern Sushi's Senderoff concurs: "The experience that I've gained from taking a company that was just me to 25 employees--I would pay to have that experience."
Sowing the seeds of autonomy
Want the keys to the entrepreneurial kingdom at work? Start laying the groundwork now.
Earn your boss's trust. Before you polish your pitch, make sure your rapport with your manager is up to snuff. If your boss doesn't have faith in your work, judgment or time-management skills, he or she is not going to let you launch a new product, service or company division.
Broaden your skill set. Don't know diddly about marketing? Never met a spreadsheet you could decipher? As an employee, you have an entire company of people, projects and training resources at your fingertips. Use them to shine light on as many blind spots as you can.
Stay aboveboard. Going rogue is a bad idea, says Ikhlaq Sidhu, who teaches entrepreneurship to engineers at UC Berkeley. "You don't want to do anything that your boss might be completely surprised about," he says. Instead, win your manager's support for your idea early on. You'll get further with him or her on your side.
Build stakeholder support over time. Take the time to amass a network of influencers who are as invested in your idea as you are, Sidhu says. The more customers, partners, co-workers and managers you have onboard, the more likely you'll be to get your idea funded.
Read more stories about: Funding, Starting a business, Intrapreneurs
Gordon gave her the green light to develop the site internally, on his company's time, dime and payroll.
The initial plan was for Senderoff to split her Intern Sushi and film-production duties 50-50. But by September 2011, she says, her site had become "a machine of its own." Senderoff left The Mark Gordon Co. to run Intern Sushi full time, and Gordon, who's billed as a co-founder (along with Senderoff and ad man Richard Gelb), became one of the startup's earliest investors, sinking six figures into the venture.
Today 20,000 interns and 2,600 companies use Intern Sushi, which officially launched this fall and features 5,000 open positions in 11 industries. The company, which initially drew $800,000 in funding, is currently completing its second investment round.
For Senderoff, having the support of a boss who believed in her was windfall enough. "I was fortunate to be a salaried employee before I took the big risk of being a startup," she says. "It's an incredible gift to be able to focus on getting your business off of the ground without having to worry about how you'll pay your rent."
You don't have to work for a Hollywood mogul to sell your startup idea to your employer. More companies, in a variety of sectors, are recognizing that the key to competing in today's warp-speed marketplace is encouraging entrepreneurial thinking from within--otherwise known as "intrapreneurship."
"We are in a time that's calling for a lot of innovation," says Gifford Pinchot, a Fortune 100 consultant who has written several books on intrapreneurship. "Companies that are supportive of entrepreneurship are in more of a position to thrive."
That's why innovators like Google and 3M famously implemented policies to let employees spend a percentage of each week on their passion projects. It's also why consulting firms such as Ernst & Young and PwC have begun holding in-house entrepreneur contests.
But it's not just a matter of quashing the competition. It's also about keeping employees happy. "Companies are kind of forced into it," says Dan Schawbel, founder of Gen Y consulting and research firm Millennial Branding, because "retention rates are terrible." A recent study commissioned by Schawbel's firm found that nearly one-third of employers look for entrepreneurial experience when recruiting entry-level candidates. "A decade ago that wouldn't have happened," he says.
Making Your Pitch
To use your employer's hunger for innovation to support your own projects, start with ideas that feed the company business model. "Those are the types of projects that are the easiest for anyone to talk about within the company and get funded," says Ikhlaq Sidhu, founder of the University of California, Berkeley's Fung Institute for Engineering Leadership, a fast-track entrepreneurial program for engineers.
That's what Dr. Lisa Tseng did. In March 2011, while working as chief of staff for UnitedHealthcare's public programs, she pitched the insurance company's upper management on a way to make hearing aids--which often cost $6,000 to $8,000 per pair--more affordable. Because her idea fit with her employer's mission of improving healthcare, it was a slam-dunk.
"We were told to move forward right after the presentation," says Tseng, who immediately became CEO of hi HealthInnovations, the startup she proposed. Today hi HealthInnovations sells high-tech hearing aids for a retail price of $749 per ear.
Photography by Axel Dupeux
Even if it's a long shot, your pitch needs to offer information with value. "If you're going to sit in a meeting with the CEO of your company, make sure they get something out of it," adds Kestenbaum, who was in mergers and acquisitions at IAC before running Crowded Room. They may shoot down your first idea, he says, but that's how you get invited to pitch again.
Knowing what you'll say in your pitch is only half the battle, because how you say it is just as important. "The last thing you want to do is start with a super-detailed slide presentation to a CEO who doesn't like being presented to via PowerPoint," Kestenbaum says.
Senderoff agrees. When she proposed Intern Sushi to her time-strapped boss, she knew the key would be getting to the point in the first 60 seconds--much like a Hollywood script pitch. Because Gordon is "a very visual guy," Senderoff relied heavily on charts and graphics to illustrate her business concept, market and revenue model, rather than plonking a 30- to 50-page business plan on his desk.
Juggling Two Jobs
It can be a balancing act to double as an entrepreneur and an employee. You want to pour your heart and soul into your baby and show management they were right to invest in you; at the same time, you have to do your day job justice.
Jamie Pritscher knows this juggle all too well. In 2009 she convinced her employer, Chicago-area business caterer Tasty Catering, to expand its modest corporate gifts division into a full-blown e-commerce company, with her at the helm. The result was That's Caring, which sells environmentally friendly gift baskets. Pritscher received $50,000 in seed money from her bosses, along with their blessing to work on That's Caring during business hours if needed, as long as she could keep up with her duties as Tasty Catering's full-time logistics director.
That fall and winter involved a lot of scrambling. During the holiday season, when That's Caring does 75 percent of its business, Pritscher regularly pulled 80-hour workweeks. "Your first year in business, you're not really sure what to expect," she says. "People wait last-minute to order. And I wasn't used to that. The second year was much easier."
On the plus side, birthing a startup as an employee means that good mentors are in the cubicle next door. Having the ear of Tasty Catering's sales team and executives was a boon for Pritscher, who'd never run her own operation before.
"Being able to walk up to the desk of someone who has been in business for 40 years and talk out business problems and walk away with a solution in 20 minutes instead of trying to figure it out on your own--it's priceless," says Pritscher, who left her gig as logistics director in 2010, when That's Caring began making enough money to pay her salary.
Free access to on-site support services is another bonus of intrapreneurship, says Michael Paladino, director of technology activation at Rockfish, a digital agency based in Rogers, Ark.
"We don't have to worry about some of the infrastructure that startups do," explains Paladino, who as a newly hired web developer in 2009 spearheaded Rockfish's development of TidyTweet, a Twitter application that filters out spam. "We have billing in place. We have hosting in place. I have access to our legal team. I have access to our creative team."
Shared risks, shared rewards
For the risk-averse or cash-strapped, having an employer incubate your startup can be a happy medium. No, you won't fully own your creation, but you won't have to fork up the seed money, either.
Pete Balistreri was all too happy to make this trade-off. An executive chef at the San Diego location of Tender Greens, a California restaurant chain specializing in sustainable food, Balistreri taught himself to make cured meats on the job. Soon the menu began featuring his salumi, and his bosses invested in a $5,000 professional curing chamber.
This August, with the help of Tender Greens' owners, Balistreri launched his own line of packaged meats, P. Balistreri Salumi, which the restaurant will sell in its seven locations. Plans include distribution to other eateries and artisan food retailers. The company is a partnership between Balistreri and Tender Greens' three owners, who footed all the startup costs.
"It's a big deal for me to have made a 35-pound batch of salami and then to see a 500-pound batch of it made," Balistreri says. "I would never have been able to make this product and sell it on my own."
But your intrapreneurial efforts don't need to result in an eponymous product label, swanky new title or co-ownership to give your career a boost. Just pitching and attempting to start a new venture will earn you a reputation as a trailblazer, says innovation consultant Pinchot. "And in companies where that's important, innovators move ahead of their peers," he says.
What if, despite your best efforts, your baby falls flat on its face? If nothing else, it's a learning experience, for you and your employer, says Crowded Room's Kestenbaum. "The knowledge that you're going to gain is tremendous," he says. "Getting to know a market, getting to know consumers, getting to know technologies--that stuff is valuable regardless of whether your startup succeeds."
Intern Sushi's Senderoff concurs: "The experience that I've gained from taking a company that was just me to 25 employees--I would pay to have that experience."
Want the keys to the entrepreneurial kingdom at work? Start laying the groundwork now.
Earn your boss's trust. Before you polish your pitch, make sure your rapport with your manager is up to snuff. If your boss doesn't have faith in your work, judgment or time-management skills, he or she is not going to let you launch a new product, service or company division.
Broaden your skill set. Don't know diddly about marketing? Never met a spreadsheet you could decipher? As an employee, you have an entire company of people, projects and training resources at your fingertips. Use them to shine light on as many blind spots as you can.
Stay aboveboard. Going rogue is a bad idea, says Ikhlaq Sidhu, who teaches entrepreneurship to engineers at UC Berkeley. "You don't want to do anything that your boss might be completely surprised about," he says. Instead, win your manager's support for your idea early on. You'll get further with him or her on your side.
Build stakeholder support over time. Take the time to amass a network of influencers who are as invested in your idea as you are, Sidhu says. The more customers, partners, co-workers and managers you have onboard, the more likely you'll be to get your idea funded.
Read more stories about: Funding, Starting a business, Intrapreneurs
Bisnis Sampingan Untung Besar Dari Kreasi Cake 3D
Memanfaatkan skill, kreativitas, hobi, dan waktu luang untuk merintis bisnis sampingan,
memang menjanjikan keuntungan cukup besar. Peluang inilah yang
belakangan mulai digeluti para pelajar, mahasiswa, karyawan, bahkan ibu
rumah tangga, untuk mendatangkan tambahan penghasilan dari bisnis
sampingan yang tengah mereka jalankan.
Dari sekian banyak peluang bisnis sampingan yang cukup potensial dijalankan, kuliner merupakan salah satu bidang usaha yang cukup diminati masyarakat. Mulai dari bisnis katering, warung makan, kedai kopi, toko aneka kue kering, sampai bisnis sampingan yang baru-baru ini sedang booming yaitu usaha kreasi kue tiga dimensi (cake 3D) yang menawarkan aneka bentuk, warna dan rasa yang cukup unik dengan keuntungan usaha hampir mencapai 50%.
Cukup menggiurkan bukan? Bagi Anda para pemula yang sedang bingung mencari peluang usaha sampingan. Tidak ada salahnya bila Anda memanfaatkan waktu luang yang ada untuk berkreasi dan berinovasi menekuni bisnis kue tiga dimensi yang menjanjikan keuntungan cukup besar setiap bulannya.
Konsumen
Sekarang ini aneka kreasi kue tiga dimensi (cake 3D) banyak dipesan konsumen untuk acara-acara spesial, seperti misalnya ulang tahun anak, anniversary pernikahan, anniversary perusahaan, kado spesial untuk orang terdekat, dan beberapa moment spesial lainnya. Keunikan bentuk dan aneka macam rasa yang ditampilkan pelaku usaha kue 3D, membuat harga jual cake tersebut cukup tinggi di pasaran. Faktor inilah yang menjadikan kreasi kue 3D banyak dipesan kalangan masyarakat menengah ke atas.
Dari sekian banyak peluang bisnis sampingan yang cukup potensial dijalankan, kuliner merupakan salah satu bidang usaha yang cukup diminati masyarakat. Mulai dari bisnis katering, warung makan, kedai kopi, toko aneka kue kering, sampai bisnis sampingan yang baru-baru ini sedang booming yaitu usaha kreasi kue tiga dimensi (cake 3D) yang menawarkan aneka bentuk, warna dan rasa yang cukup unik dengan keuntungan usaha hampir mencapai 50%.
Cukup menggiurkan bukan? Bagi Anda para pemula yang sedang bingung mencari peluang usaha sampingan. Tidak ada salahnya bila Anda memanfaatkan waktu luang yang ada untuk berkreasi dan berinovasi menekuni bisnis kue tiga dimensi yang menjanjikan keuntungan cukup besar setiap bulannya.
Konsumen
Sekarang ini aneka kreasi kue tiga dimensi (cake 3D) banyak dipesan konsumen untuk acara-acara spesial, seperti misalnya ulang tahun anak, anniversary pernikahan, anniversary perusahaan, kado spesial untuk orang terdekat, dan beberapa moment spesial lainnya. Keunikan bentuk dan aneka macam rasa yang ditampilkan pelaku usaha kue 3D, membuat harga jual cake tersebut cukup tinggi di pasaran. Faktor inilah yang menjadikan kreasi kue 3D banyak dipesan kalangan masyarakat menengah ke atas.
Sabtu, 28 Juli 2012
Biografi Bob Sadino - Pengusaha Sukses Dari Indonesia
Biografi Bob Sadino - Pengusaha Sukses Dari Indonesia
Bob Sadino
(Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang
pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan.
Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan
pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir
dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari
lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu
berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena
saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Profil dan Biodata Bob Sadino
Nama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
10 Rahasia Cara Menjadi Pengusaha Sukses
Apakah anda ingin menjadi pengusaha sukses? Atau selamanya anda ingin
menjadi karyawan yang digaji? Meskipun tidak ada formula khusus untuk
sukses, tetapi dari kisah-kisah orang terkaya di dunia
yang sukses tentunya mereka adalah seorang pengusaha sukses dengan aset
pribadi miliaran dolar, telah terungkap. Pada dasarnya mereka telah
mengungkapkan 10 rahasia menjadi pengusaha sukses.
Menjalankan bisnis atau usaha bagi seseorang adalah cara kreatif dan fleksibel sekaligus menantang untuk menjadi bos sendiri dan menentukan masa depan anda sendiri. Ini adalah tentang sebuah kehidupan yang menuju kehidupan lebih baik dalam mencari nafkah. Dibutuhkan keberanian, tekad dan keinginan yang kuat untuk memutuskan menjadi seorang pengusaha.
Jika saat ini anda adalah seorang karyawan atau pegawai dimana anda digaji secara teratur dan berkeinginan untuk menjadi pengusaha, maka secara disiplin menyisipkan beberapa gaji anda secara teratur untuk investasi sebagai modal usaha. Dan kemudian menjadi seorang pengusaha yang mengelola bisnis anda sendiri bertualang, membuat strategi untuk memenangkan dalam dunia persaingan bisnis yang sengit.
Sebagian besar pengusaha sukses telah berbagi kesuksesan mereka. Mereka memulai bisnis dari nol. Beberapa biografi orang terkaya di dunia dapat dirangkum dalam 10 rahasia cara menjadi pengusaha sukses untuk membuat kehidupan mereka lebih baik dengan kemewahan dengan aset pribadi miliaran dolar. 10 rahasia cara menjadi pengusaha sukses itu antara lain :
1. Berpikir tentang kesuksesan
Untuk mencapai jenis kesuksesan yang Anda inginkan, Anda harus mempunyai mimpi besar. Setiap kisah sukses dimulai dengan impian besar. Anda perlu memiliki impian besar bagi diri Anda sendiri ( Saya ingin menjadi orang kaya dan terkenal). Anda perlu memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin Anda capai. Tetapi ini bukan hanya sebatas mimpi saja. Anda harus aktif menggambarkan (visualisasi) sukses dalam pikiran Anda seakan-akan anda merasakan sebuah kesuksesan, menyentuhnya atau berada dalam jangkauan Anda. Putar gambaran ini kembali pada setiap kesempatan. Apa rasanya mempunyai penghasilan tiga kali lipat pada saat ini? Bagaimana mengubah hidup Anda? Apa yang terjadi bila bisnis anda telah mencapai angka miliaran rupiah?
Pengusaha sukses memiliki sikap keterbukaan dan keyakinan bahwa Anda dapat memiliki apa yang Anda inginkan jika Anda hanya dapat membayangkannya sebagai langkah pertama pada jalan tindakan untuk memperolehnya. Kekuatan visualisasi akan memberikan kekuatan melihat diri anda dalam pikiran anda tentang pencapaian impian anda. Jika Anda ingin menjadi artis sukses, membayangkan diri Anda selalu dikerubuti orang-orang yang memuja dan mengelu-elukan nama Anda.
Jika Anda ingin menjadi kaya, bayangkan diri Anda di lingkungan mewah memegang rekening bank miliaran rupiah. Dan proses membayangkan kesuksesan untuk Anda harus menjadi aktivitas konstan! Anda harus berpikir bahwa Anda akan sukses setiap jam bangun pagi. Selalu menyemangati diri sendiri dengan beberapa kata-kata yang anda yakin dapat mengobarkan semangat dan pikiran anda meraih sukses. Banyak kata mutiara dari orang kaya dapat digunakan untuk menyemangati langkah anda. Teknik ini akan memperkuat tujuan anda dan tetap segar dalam ingatan anda.
2. Selalu bersemangat dengan apa yang anda lakukan
Anda memulai bisnis untuk merubah sebagian atau seluruh hidup Anda. Untuk mencapai perubahan ini, Anda perlu mengembangkan atau menemukan suatu semangat, kepedulian untuk mengubah cara dengan beberapa hal dan untuk menjalani hidup secara keseluruhan. Sukses datang dengan mudah jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan. Mengapa? Karena kita lebih giat dalam mengejar tujuan kita tentang hal-hal yang kita cintai.
Jika Anda membenci pekerjaan Anda sekarang, tentu anda sekarang menjadi seorang pemalas, loyo, tidak punya tujuan, segala sesuatu dikerjakan karena terpaksa. Bila situasi tetap berlangsung pada anda mungkin bulan depan atau berikutnya anda akan dipecat!!!
Anda akan mencapai performa puncak dan melakukan apa yang harus Anda lakukan untuk berhasil hanya jika Anda melakukan sesuatu yang menarik minat Anda atau sesuatu yang Anda peduli. Pengusaha yang sukses tidak keberatan dengan kenyataan bahwa mereka menempatkan dalam 15 atau 18 jam sehari untuk bisnis mereka karena mereka benar-benar mencintai apa yang mereka lakukan. Sukses dalam bisnis adalah semua tentang kesabaran dan kerja keras, yang hanya dapat dicapai jika Anda bergairah dan gila dengan tugas dan kegiatan.
3. Fokus pada kekuatan Anda
Mari kita hadapi itu, Anda tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Setiap diri kita memiliki kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Agar efektif, Anda harus mengenali kekuatan Anda dan berkonsentrasi untuk hal itu. Anda akan menjadi lebih sukses jika Anda mampu menyalurkan usaha Anda ke bagian-bagian dimana anda dapat melakukan yang terbaik.
Dalam bisnis, misalnya, jika Anda tahu Anda memiliki insting marketing yang baik, maka memanfaatkan kekuatan ini dan fokus pada kekuatan marketing secara maksimal. Di sisi lain anda mungkin mempunyai kelemahan, seperti akuntansi atau pembukuan. Pertimbangkanlah untuk mempekerjakan orang yang ahli akuntansi atau belajar sendiri untuk menutupi kelemahan anda.
4. Tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan kegagalan
Sebagai pengusaha, Anda harus sepenuhnya percaya pada tujuan Anda, dan bahwa Anda bisa melakukannya. Pikirkan bahwa apa yang Anda lakukan akan memberikan kontribusi pada perbaikan lingkungan, diri pribadi dan keluarga Anda. Anda harus memiliki kenyakinan yang kuat dalam ide Anda, kemampuan Anda dan diri Anda sendiri. Anda harus percaya di luar bayangan keraguan bahwa Anda memiliki kemampuan untuk mengenali dan keraguan ini.
Semakin Anda dapat mengembangkan kenyakinan atas kemampuan Anda untuk mencapai tujuan Anda, semakin cepat Anda dapat mencapainya. Namun, keyakinan Anda harus diimbangi dengan risiko yang telah diperhitungkan yang perlu Anda ambil untuk mencapai imbalan yang lebih besar. Pengusaha sukses adalah mereka yang menganalisa dan meminimalkan resiko dalam mengejar keuntungan. Selalu mengatakan, "tidak ada nyali, tidak ada kesuksesan."
5. Sesuai visi
Anda memiliki visi, dan Anda memiliki cukup kenyakinan dalam diri Anda untuk percaya bahwa Anda dapat mencapai visi Anda. Tapi apakah Anda tahu bagaimana untuk mencapai visi Anda? Untuk mencapai visi Anda, Anda harus memiliki tujuan konkrit yang akan memberikan batu loncatan menuju visi utama Anda.
Secara intens berorientasi pada tujuan adalah karakteristik dari setiap pengusaha sukses. Mereka memiliki visi, dan mereka tahu bagaimana untuk sampai ke sana. Kemampuan Anda untuk menetapkan sasaran dan membuat perencanaan untuk pencapaian Anda adalah keterampilan yang diperlukan untuk sukses. Tanpa visi yang jelas kegagalan siap menunggu.
6. Bekerja keras!
Setiap pengusaha sukses selalu bekerja keras dan lebih keras lagi. Tidak ada mencapai sukses hanya dengan duduk dan menatap dinding setiap hari. Biografi atau kisah setiap pengusaha sukses bahwa mereka harus bekerja lebih dari 60 jam per minggu di awal bisnis mereka. Bersiaplah untuk mengucapkan selamat tinggal pada acara liburan, bersenang-senang untuk sementara. Jika Anda berada dalam tahap memulai usaha atau bisnis, anda harus menahan untuk hal-hal tersebut sampai anda benar-benar bisa mandiri. Bekerja keras akan lebih mudah jika Anda memiliki visi, tujuan yang jelas, dan semangat dan gairah dengan apa yang Anda lakukan.
7. Terus-menerus carilah cara mencari Jaringan
Dalam bisnis selalu memerlukan bantuan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil sebagai mitra strategis dalam mengembangkan bisnis anda. Selalu terus-menerus mencari jaringan, seperti teman, teman sekolah, anggota asosiasi/perkumpulan dan lainnya yang mungkin mereka dapat membantu kesuksesan anda. Mungkin dapat membantu dalam mengelola keuangan, saran manajemen, pemasaran pada bisnis anda.
Membentuk aliansi dengan orang-orang yang dapat membantu anda atau anda dapat membantu mereka juga adalah sangatlah penting. Untuk sukses dalam bisnis, Anda perlu memiliki ketrampilan membuat jaringan yang bagus dan selalu waspada terhadap peluang untuk memperluas kontak Anda.
8. Bersedia untuk belajar
Anda tidak perlu gelar MBA, SE atau gelar kesarjanaan untuk sukses dalam bisnis Anda sendiri. Pada kenyataannya, ada banyak pengusaha yang bahkan tidak menyelesaikan pendidikan sekolah menengah. Beberapa penelitian menunjukan bahwa para jutawan memiliki kecerdasan rata-rata.
Meskipun demikian, orang-orang ini telah mencapai puncak keberhasilan mereka dalam keuangan dan tujuannya dalam bisnis karena mereka bersedia untuk terus belajar dan belajar. Untuk sukses, Anda harus selalu membuat pertanyaan-pertanyaan, tetap ingin tahu, tertarik dan membuka pada pengetahuan baru. Ini adalah kemauan untuk belajar menjadi sangat penting mengingat perubahan yang cepat dalam teknologi dan cara dan strategi dalam bisnis.
9. Tekun dan memiliki keyakinan
Tidak ada yang mengatakan bahwa jalan menuju sukses itu mudah. Meskipun niat baik dan kerja keras, kadang-kadang Anda akan gagal. Beberapa pengusaha sukses mengalami kemunduran dan Gatot (Gagal Total), bahkan kebangkrutan, namun berhasil dengan cepat bangkit untuk menjadi besar di bidang mereka. Keberanian Anda untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk bangkit kembali setelah kegagalan, akan menjamin kesuksesan Anda selanjutnya. Anda harus belajar untuk bangkit lagi dan mulai dari awal lagi. Ketekunan Anda adalah ukuran dari keyakinan dalam diri Anda. Ingat, jika Anda tekun, tidak ada yang dapat menghentikan Anda.
10. Disiplin pada diri sendiri
Sebuah pepatah mengatakan: "Lakukan apa yang harus Anda lakukan, ketika Anda harus melakukannya, apakah Anda suka atau tidak". Disiplin diri adalah kunci keberhasilan. Kekuatan akan memaksa diri untuk membayar harga sebuah kesuksesan, melakukan apa yang orang lain tidak suka lakukan, pergi jauh, melawan dan memenangkan pertempuran dengan diri sendiri.
Inilah 10 rahasia cara menjadi pengusaha sukses dari kisah-kisah pengusaha sukses. Silahkan anda baca biografi Carlos Slim Helu orang terkaya di dunia, Donald Trump di blog ini untuk memberikan semangat dan visualisasi kelak anda seperti mereka.
Menjalankan bisnis atau usaha bagi seseorang adalah cara kreatif dan fleksibel sekaligus menantang untuk menjadi bos sendiri dan menentukan masa depan anda sendiri. Ini adalah tentang sebuah kehidupan yang menuju kehidupan lebih baik dalam mencari nafkah. Dibutuhkan keberanian, tekad dan keinginan yang kuat untuk memutuskan menjadi seorang pengusaha.
Jika saat ini anda adalah seorang karyawan atau pegawai dimana anda digaji secara teratur dan berkeinginan untuk menjadi pengusaha, maka secara disiplin menyisipkan beberapa gaji anda secara teratur untuk investasi sebagai modal usaha. Dan kemudian menjadi seorang pengusaha yang mengelola bisnis anda sendiri bertualang, membuat strategi untuk memenangkan dalam dunia persaingan bisnis yang sengit.
Sebagian besar pengusaha sukses telah berbagi kesuksesan mereka. Mereka memulai bisnis dari nol. Beberapa biografi orang terkaya di dunia dapat dirangkum dalam 10 rahasia cara menjadi pengusaha sukses untuk membuat kehidupan mereka lebih baik dengan kemewahan dengan aset pribadi miliaran dolar. 10 rahasia cara menjadi pengusaha sukses itu antara lain :
1. Berpikir tentang kesuksesan
Untuk mencapai jenis kesuksesan yang Anda inginkan, Anda harus mempunyai mimpi besar. Setiap kisah sukses dimulai dengan impian besar. Anda perlu memiliki impian besar bagi diri Anda sendiri ( Saya ingin menjadi orang kaya dan terkenal). Anda perlu memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin Anda capai. Tetapi ini bukan hanya sebatas mimpi saja. Anda harus aktif menggambarkan (visualisasi) sukses dalam pikiran Anda seakan-akan anda merasakan sebuah kesuksesan, menyentuhnya atau berada dalam jangkauan Anda. Putar gambaran ini kembali pada setiap kesempatan. Apa rasanya mempunyai penghasilan tiga kali lipat pada saat ini? Bagaimana mengubah hidup Anda? Apa yang terjadi bila bisnis anda telah mencapai angka miliaran rupiah?
Pengusaha sukses memiliki sikap keterbukaan dan keyakinan bahwa Anda dapat memiliki apa yang Anda inginkan jika Anda hanya dapat membayangkannya sebagai langkah pertama pada jalan tindakan untuk memperolehnya. Kekuatan visualisasi akan memberikan kekuatan melihat diri anda dalam pikiran anda tentang pencapaian impian anda. Jika Anda ingin menjadi artis sukses, membayangkan diri Anda selalu dikerubuti orang-orang yang memuja dan mengelu-elukan nama Anda.
Jika Anda ingin menjadi kaya, bayangkan diri Anda di lingkungan mewah memegang rekening bank miliaran rupiah. Dan proses membayangkan kesuksesan untuk Anda harus menjadi aktivitas konstan! Anda harus berpikir bahwa Anda akan sukses setiap jam bangun pagi. Selalu menyemangati diri sendiri dengan beberapa kata-kata yang anda yakin dapat mengobarkan semangat dan pikiran anda meraih sukses. Banyak kata mutiara dari orang kaya dapat digunakan untuk menyemangati langkah anda. Teknik ini akan memperkuat tujuan anda dan tetap segar dalam ingatan anda.
2. Selalu bersemangat dengan apa yang anda lakukan
Anda memulai bisnis untuk merubah sebagian atau seluruh hidup Anda. Untuk mencapai perubahan ini, Anda perlu mengembangkan atau menemukan suatu semangat, kepedulian untuk mengubah cara dengan beberapa hal dan untuk menjalani hidup secara keseluruhan. Sukses datang dengan mudah jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan. Mengapa? Karena kita lebih giat dalam mengejar tujuan kita tentang hal-hal yang kita cintai.
Jika Anda membenci pekerjaan Anda sekarang, tentu anda sekarang menjadi seorang pemalas, loyo, tidak punya tujuan, segala sesuatu dikerjakan karena terpaksa. Bila situasi tetap berlangsung pada anda mungkin bulan depan atau berikutnya anda akan dipecat!!!
Anda akan mencapai performa puncak dan melakukan apa yang harus Anda lakukan untuk berhasil hanya jika Anda melakukan sesuatu yang menarik minat Anda atau sesuatu yang Anda peduli. Pengusaha yang sukses tidak keberatan dengan kenyataan bahwa mereka menempatkan dalam 15 atau 18 jam sehari untuk bisnis mereka karena mereka benar-benar mencintai apa yang mereka lakukan. Sukses dalam bisnis adalah semua tentang kesabaran dan kerja keras, yang hanya dapat dicapai jika Anda bergairah dan gila dengan tugas dan kegiatan.
3. Fokus pada kekuatan Anda
Mari kita hadapi itu, Anda tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Setiap diri kita memiliki kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Agar efektif, Anda harus mengenali kekuatan Anda dan berkonsentrasi untuk hal itu. Anda akan menjadi lebih sukses jika Anda mampu menyalurkan usaha Anda ke bagian-bagian dimana anda dapat melakukan yang terbaik.
Dalam bisnis, misalnya, jika Anda tahu Anda memiliki insting marketing yang baik, maka memanfaatkan kekuatan ini dan fokus pada kekuatan marketing secara maksimal. Di sisi lain anda mungkin mempunyai kelemahan, seperti akuntansi atau pembukuan. Pertimbangkanlah untuk mempekerjakan orang yang ahli akuntansi atau belajar sendiri untuk menutupi kelemahan anda.
4. Tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan kegagalan
Sebagai pengusaha, Anda harus sepenuhnya percaya pada tujuan Anda, dan bahwa Anda bisa melakukannya. Pikirkan bahwa apa yang Anda lakukan akan memberikan kontribusi pada perbaikan lingkungan, diri pribadi dan keluarga Anda. Anda harus memiliki kenyakinan yang kuat dalam ide Anda, kemampuan Anda dan diri Anda sendiri. Anda harus percaya di luar bayangan keraguan bahwa Anda memiliki kemampuan untuk mengenali dan keraguan ini.
Semakin Anda dapat mengembangkan kenyakinan atas kemampuan Anda untuk mencapai tujuan Anda, semakin cepat Anda dapat mencapainya. Namun, keyakinan Anda harus diimbangi dengan risiko yang telah diperhitungkan yang perlu Anda ambil untuk mencapai imbalan yang lebih besar. Pengusaha sukses adalah mereka yang menganalisa dan meminimalkan resiko dalam mengejar keuntungan. Selalu mengatakan, "tidak ada nyali, tidak ada kesuksesan."
5. Sesuai visi
Anda memiliki visi, dan Anda memiliki cukup kenyakinan dalam diri Anda untuk percaya bahwa Anda dapat mencapai visi Anda. Tapi apakah Anda tahu bagaimana untuk mencapai visi Anda? Untuk mencapai visi Anda, Anda harus memiliki tujuan konkrit yang akan memberikan batu loncatan menuju visi utama Anda.
Secara intens berorientasi pada tujuan adalah karakteristik dari setiap pengusaha sukses. Mereka memiliki visi, dan mereka tahu bagaimana untuk sampai ke sana. Kemampuan Anda untuk menetapkan sasaran dan membuat perencanaan untuk pencapaian Anda adalah keterampilan yang diperlukan untuk sukses. Tanpa visi yang jelas kegagalan siap menunggu.
6. Bekerja keras!
Setiap pengusaha sukses selalu bekerja keras dan lebih keras lagi. Tidak ada mencapai sukses hanya dengan duduk dan menatap dinding setiap hari. Biografi atau kisah setiap pengusaha sukses bahwa mereka harus bekerja lebih dari 60 jam per minggu di awal bisnis mereka. Bersiaplah untuk mengucapkan selamat tinggal pada acara liburan, bersenang-senang untuk sementara. Jika Anda berada dalam tahap memulai usaha atau bisnis, anda harus menahan untuk hal-hal tersebut sampai anda benar-benar bisa mandiri. Bekerja keras akan lebih mudah jika Anda memiliki visi, tujuan yang jelas, dan semangat dan gairah dengan apa yang Anda lakukan.
7. Terus-menerus carilah cara mencari Jaringan
Dalam bisnis selalu memerlukan bantuan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil sebagai mitra strategis dalam mengembangkan bisnis anda. Selalu terus-menerus mencari jaringan, seperti teman, teman sekolah, anggota asosiasi/perkumpulan dan lainnya yang mungkin mereka dapat membantu kesuksesan anda. Mungkin dapat membantu dalam mengelola keuangan, saran manajemen, pemasaran pada bisnis anda.
Membentuk aliansi dengan orang-orang yang dapat membantu anda atau anda dapat membantu mereka juga adalah sangatlah penting. Untuk sukses dalam bisnis, Anda perlu memiliki ketrampilan membuat jaringan yang bagus dan selalu waspada terhadap peluang untuk memperluas kontak Anda.
8. Bersedia untuk belajar
Anda tidak perlu gelar MBA, SE atau gelar kesarjanaan untuk sukses dalam bisnis Anda sendiri. Pada kenyataannya, ada banyak pengusaha yang bahkan tidak menyelesaikan pendidikan sekolah menengah. Beberapa penelitian menunjukan bahwa para jutawan memiliki kecerdasan rata-rata.
Meskipun demikian, orang-orang ini telah mencapai puncak keberhasilan mereka dalam keuangan dan tujuannya dalam bisnis karena mereka bersedia untuk terus belajar dan belajar. Untuk sukses, Anda harus selalu membuat pertanyaan-pertanyaan, tetap ingin tahu, tertarik dan membuka pada pengetahuan baru. Ini adalah kemauan untuk belajar menjadi sangat penting mengingat perubahan yang cepat dalam teknologi dan cara dan strategi dalam bisnis.
9. Tekun dan memiliki keyakinan
Tidak ada yang mengatakan bahwa jalan menuju sukses itu mudah. Meskipun niat baik dan kerja keras, kadang-kadang Anda akan gagal. Beberapa pengusaha sukses mengalami kemunduran dan Gatot (Gagal Total), bahkan kebangkrutan, namun berhasil dengan cepat bangkit untuk menjadi besar di bidang mereka. Keberanian Anda untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk bangkit kembali setelah kegagalan, akan menjamin kesuksesan Anda selanjutnya. Anda harus belajar untuk bangkit lagi dan mulai dari awal lagi. Ketekunan Anda adalah ukuran dari keyakinan dalam diri Anda. Ingat, jika Anda tekun, tidak ada yang dapat menghentikan Anda.
10. Disiplin pada diri sendiri
Sebuah pepatah mengatakan: "Lakukan apa yang harus Anda lakukan, ketika Anda harus melakukannya, apakah Anda suka atau tidak". Disiplin diri adalah kunci keberhasilan. Kekuatan akan memaksa diri untuk membayar harga sebuah kesuksesan, melakukan apa yang orang lain tidak suka lakukan, pergi jauh, melawan dan memenangkan pertempuran dengan diri sendiri.
Inilah 10 rahasia cara menjadi pengusaha sukses dari kisah-kisah pengusaha sukses. Silahkan anda baca biografi Carlos Slim Helu orang terkaya di dunia, Donald Trump di blog ini untuk memberikan semangat dan visualisasi kelak anda seperti mereka.
10 Pengusaha Sukses Asia Dibawah 50 Tahun
10 Pengusaha Sukses Asia Dibawah 50 Tahun | Hits : 2546 |
Berambisi,
bersemangat tinggi dan berusia dibawah 50 tahun adalah persamaan 10
pengusaha sukses di kawasan Asia ini. Sebagian merupakan pengusaha di
industri internet sementara sisanya bergerak di dunia penerbangan,
makanan, penambangan batu bara, perkakas elektrik dan perlengkapan
olahraga. Lima diantara mereka berasal dari China dan lima pengusaha
lainnya dari Pakistan, Malaysia, Jepang, Singapura dan Indonesia.
Daftar yang dikeluarkan oleh Forbes
ini menempatkan Yusaku Maezawa, pengusaha Jepang berusia 35 tahun
sebagai yang termuda. Dan sama seperti tipekal pengusaha sukses pada
umumnya, Maezawa terkenal sebagai sosok yang murah hati. Saat negerinya
diguncang gempa dan tsunami pada Maret lalu, ia mendonasikan US$ 3,7
juta untuk para korban bencana.
Untuk mengetahui siapa saja yang menduduki singgasana 10 besar pengusaha sukses Asia under 50, simak ulasan berikut.
#10. Zhou Hongyi, 41
Pengusaha asal Beijing ini adalah
pendiri sekaligus pemimpin perusahaan bernama Qihoo 360 (dalam bahasa
Indonesia Qihoo berarti “macan ajaib”). Perusahaannya yang telah berusia
6 tahun itu merupakan provider security software terbesar di China dan telah tercatat dalam bursa saham New York pada Maret lalu.
#9. Yusaku Maezawa, 35
Perusahaan Maezawa didirikan di
Chiba, Jepang, dan bernama Start Today. Bisnisnya bergerak di bidang
penjualan baju yang dioperasikan secara online di laman Zozotown. Start
Today yang diluncurkan pada 2004 itu sukses meraup pendapatan sebesar
US$ 290 juta.
#8. Vikram Chand, 47
Chand adalah CEO Vega Food,
perusahaan penyedia makanan kemasan yang bermarkas di Singapura. Bersama
Vega Food, Chand telah sukses memasarkan produknya ke 24 negara di
benua Afrika.
#7. Tony Fernandes, 47
Fernandes adalah founder sekaligus
CEO maskapai penerbangan Malaysia, AirAsia, plus pemilik Tune Group.
Berkat kesuksesannya mengelola maskapai penerbangan yang identik dengan
tiket berharga murah itu, Fernandes dinobatkan sebagai Asia Businessman of the Year oleh Forbes pada 2010 lalu.
#6. Monis Rahman, 41
Pengusaha Pakistan ini adalah founder
dan CEO Naseeb Network Inc. Melalui laman Rozee.pk, Rahman sukses
mengembangkan situs pencarian kerja hingga menjadi yang terbesar di
negerinya dengan 500.000 unique visitor per bulannya.
#5. Jack Ma, 47
Pengusaha China ini adalah founder dan CEO Alibaba Group. Perusahaan yang berlokasi di Hangzou itu memiliki jaringan e-commerce terbesar di negerinya.
#4. Garibaldi Thohir, 45
Pengusaha
Indonesia ini adalah CEO Adaro Energi, perusahaan tambang batu bara
yang mengoperasikan secara tunggal penambangan di Tabalong, Kalimantan
Selatan dengan cadangan 4,4 miliar ton. Di tanah
air, Adaro Energi adalah perusahaan tambang batu bara terbesar kedua
setelah PT Kaltim Prima Coal. Sementara di dunia, Adaro Energi merupakan
perusahaan dengan penambangan tunggal terbesar keempat.
#3. Don Gao, 45
Sebagai pendiri dan CEO Positec
Group, Gao terbilang sukses mengendalikan perusahaan yang berlokasi di
Suzhou, China. Bisnisnya bergerak di bidang penyediaan perkakas teknik
serta elektrik untuk Black & Decker.
#2. Ding Wuhao, 45
Wuhao adalah Presiden dan Direktur
Eksekutif 361 Degrees International. Perusahannya yang bermarkas di
Jinjiang City, China, ini menyediakan perlengkapan olahraga dengan
target market anak muda.
#1. Charles Chao, 45
Pengusaha asal China ini adalah
Presiden sekaligus CEO Sina Corp. Portalnya yakni Sina Weibo,
microblogging China yang serupa Twitter, merupakan situs paling populer
dan memiliki lebih dari 200 juta pengguna terdaftar per Agustus 2011.
(*/ely)
|
Kisah Pengusaha Sukses Terkaya no. 5 Dunia
Halo Pemirsa, untuk artikel kali ini, akan bercerita tentang Kisah
Pengusaha Sukses Terkaya No. 5 dunia (saat artikel ini ditulis). Kisah
sukses kali ini adalah Lakshmi Mittal, yang diambil sebagai contoh
sukses untuk topik artikel belajar wirausaha. Kenapa Lakshmi Mittal yang
diulas? Alasan saya mengulas kisah suksesnya adalah karena Mittal ini
mengembangkan karir usahanya berawal dari sebuah daerah di Surabaya,
yaitu tepatnya di Sidoarjo. Sekarang, Lakshmi Mittal ini termasuk
sepuluh orang terkaya di dunia. Ia sendiri sekarang tinggal di London.
Mungkin ada yang pernah dengar nama PT Ispat Indo? Sebuah perusahaan
produksi baja di negara kita ini. Ehhhmmm.. Pemiliknya ya Lakshmi Mittal
ini. Mittal ini sendiri berasal dari India, bukan merupakan keturunan
orang kaya, namun sebaliknya, berasal dari keluarga miskin di India.
Mittal sekarang tinggal di salah satu rumah termahal di dunia, Kensington Mansion, yang bernilai 128 juta US Dollar. Ia menikahkan anaknya, Vanisha, dengan mengadakan pesta yang mengeluarkan dana 50 juta US Dollar. Ini merupakan sebagian kecil dari kekayaannya. Siapa Mittal ini dulunya?
Mittal terlahir di Shadulpur, Churu, sebuah bagian dari Rajashtan India, adalah seorang yang sangat miskin. Saat kecil, ia dan keluarganya tinggal di rumah yang dihuni oleh 20 orang. Hanya beralaskan rotan dan lantai, sekeluarga besar ini tidur. Untuk memasak, mereka membuat perapian dari tumpukan batu bata. Namun, prinsipnya : Ia boleh Tidak Punya Uang sama sekali saat itu, Namun ia bukanlah seorang Miskin, dan suatu hari ia akan menuai kesuksesan besar. Dan memang hari ini ia telah membuktikan pada Dunia, bahwa Mittal yang dulunya berasal dari keluarga miskin, dari negara berkembang India, sekarang menjadi salah satu orang terkaya di dunia, mengalahkan orang-orang terkaya di negara-negara lain yang dulu menjajah negaranya.
Nah, Bagaimana Kisah Mittal bisa mengubah Nasibnya dari yang serba kekurangan menjadi serba berkelimpahan, menjadi orang sukses di dunia, menjadi pengusaha sukses, bagaimana ia memulai bisnis dan menggalang strategi usahanya di Indonesia, tepatnya di Sidoarjo Surabaya (lihatlah betapa besar sumber daya alam di negara kita, sehingga bisa melahirkan seorang pengusaha sukses dunia, ehhmmm.. disayangkan bukan lokal), Silahkan ikuti Kisah Suksesnya di bagian kedua dari serial tokoh sukses wirausaha.
Mittal sekarang tinggal di salah satu rumah termahal di dunia, Kensington Mansion, yang bernilai 128 juta US Dollar. Ia menikahkan anaknya, Vanisha, dengan mengadakan pesta yang mengeluarkan dana 50 juta US Dollar. Ini merupakan sebagian kecil dari kekayaannya. Siapa Mittal ini dulunya?
Mittal terlahir di Shadulpur, Churu, sebuah bagian dari Rajashtan India, adalah seorang yang sangat miskin. Saat kecil, ia dan keluarganya tinggal di rumah yang dihuni oleh 20 orang. Hanya beralaskan rotan dan lantai, sekeluarga besar ini tidur. Untuk memasak, mereka membuat perapian dari tumpukan batu bata. Namun, prinsipnya : Ia boleh Tidak Punya Uang sama sekali saat itu, Namun ia bukanlah seorang Miskin, dan suatu hari ia akan menuai kesuksesan besar. Dan memang hari ini ia telah membuktikan pada Dunia, bahwa Mittal yang dulunya berasal dari keluarga miskin, dari negara berkembang India, sekarang menjadi salah satu orang terkaya di dunia, mengalahkan orang-orang terkaya di negara-negara lain yang dulu menjajah negaranya.
Nah, Bagaimana Kisah Mittal bisa mengubah Nasibnya dari yang serba kekurangan menjadi serba berkelimpahan, menjadi orang sukses di dunia, menjadi pengusaha sukses, bagaimana ia memulai bisnis dan menggalang strategi usahanya di Indonesia, tepatnya di Sidoarjo Surabaya (lihatlah betapa besar sumber daya alam di negara kita, sehingga bisa melahirkan seorang pengusaha sukses dunia, ehhmmm.. disayangkan bukan lokal), Silahkan ikuti Kisah Suksesnya di bagian kedua dari serial tokoh sukses wirausaha.
Kata Pencarian (Keywords) lain yang dipakai dalam menemukan artikel ini:
kisah pengusaha sukses,kisah pengusaha sukses dari nol,kisah orang sukses dari nol,cerita pengusaha sukses,pengusaha sukses dunia,pengusaha sukses,artikel pengusaha sukses,pengusaha sukses di dunia,pengusaha sukses dari nol,kisah wirausahawan sukses,orang sukses di dunia,cerita sukses pengusaha,kisah sukses pengusaha,kisah seorang pengusaha sukses,cerita orang sukses dari nol,cerita pengusaha sukses dari nol,artikel wirausahawan sukses,artikel wirausaha sukses10 Tokoh Indonesia yang Sukses Tanpa Ijazah Formal
1.Andi F. Noya
Pemimpin Redaksi Metro TV ini belum lulus sarjana. Satu hal yang
menarik, Andy sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus SD Sang
Timur di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di
Sekolah Teknik Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura.
“Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy
“Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy
2.Adam Malik
Mantan wakil presiden Indonesia yang dikabarkan Agen CIA ini ternyata tidak pernah mengenyam bangku sekolah.
|
3.M.H.Ainun Najib
Emha Ainun Nadjib hanya tiga bulan kuliah, Pendidikan formalnya
hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
(UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor
Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan
tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA
Muhammadiyah I. Selebihnya Beliau jadi pengembara ilmu di luar sekolah
hingga dia bisa jadi manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi).
|
4.Abdullah Gymnastiar
Kyai yang kemarin-kemarin ini santer dengan kasus
poligaminya,ternyata sukses menjadi kyai dan wirausahawan (pengusah
besar) tanpa ijazah. Walaupun sudah lulus, tapi dikabarkan sampai saat
ini belum mengambil ijazahnya.
|
5.Ajip Rosidi
Dia menolak ikut ujian akhir SMA-nya karena waktu itu beredar
kabar bocornya soal-soal ujian. Dia berkesimpulan bahwa banyak orang
menggantungkan hidupnya kepada ijazah.
“Saya tidak jadi ikut ujian, karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”. Dan itu dibuktikan dengan terus menulis, membaca dan menabung buku sampai ribuan jumlahnya. Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu di Jepang, Dia yang tidak punya ijazah SMA. Pada usia 29 tahun diangkat sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Lalu jadi Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai pensiun. Berikut Sejarah Pendidikan Beliau: Sekolah Rakyat 6 tahun di Jatiwangi (1950) Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat) |
6.Bob Sadino
Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia
adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya
meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta
kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah
dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya
untuk berkeliling dunia dan tidak melanjutkan kuliah. Dalam
perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang
lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam
dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob
bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. |
7.Andrie Wongso
Anak ke-2 dari 3 bersaudara ini terlahir dari sebuah keluarga
miskin di kota Malang. Di usia 11 tahun (kelas 6 SD), terpaksa harus
berhenti bersekolah karena sekolah mandarin tempat andrie kecil
bersekolah ditutup. Maka SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar
yang disandangnya saat ini. Masa kecil hingga remajanya pun kemudian
dilalui dengan membantu orang tuanya membuat dan berkeliling berjualan
kue ke toko-toko dan pasar.
|
8.Purdi E. Chandra
Sosok Purdi E. Chandra kini dikenal sebagai pengusaha yang
sukses. Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya
bahkan masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI) lantaran memiliki 181
cabang di 96 kota besar di Indonesia dengan 100 ribu siswa tiap tahun.
Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya. Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita -cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis. Kini kabarnya Purdi E. Chandra sekarang sudah ada lebih dari 500 cabang Primagama di seluruh indonesia. |
Hendy Setiono
Hendy Setiono (Kebab Baba Rafi) mengawali usaha tahun 2003 di
Surabaya. Modalnya hanya Rp 10 juta atau sebuah gerobak burger. Kini
bisnisnya berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta
santapan ala koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap
tahun terus bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di 25
kota, antara lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang, Gresik,
Jember, Kediri, Lampung, Padang, Malang, Makasar, Medan, Pasuruan,
Pekan Baru, Karawang, Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo,
Tasikmalaya, Jogjakarta, dan Jakarta
|
10.Buya Hamka
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul
Malik bin Abdul Karim Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis
politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara.Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Langganan:
Postingan (Atom)