Menerima uang kembalian dalam bentuk permen dari sebuah toko swalayan
sudah lazim di sini, meskipun aneh. Alasannya si toko tidak mempunyai
persediaan uang dalam pecahan kecil.
Kalau di Amerika Serikat uang recehan tetap bahkan punya julukan yaitu
cents = $0,01, nickel = $0,05, dime = $0,10, quarter = $0,25. Kalau di
sini nyaris mustahil menemukan uang koin 5, 10, 25, bahkan orang malas
menggunakan koin 50 dan 100.
Zaman ketika uang recehan punya julukan seperti gotun = Rp5, jigo =
Rp25, gocap = Rp50, cepe'= Rp100,- sudah punah, seperti dinosaurus.
Jangan anggap remeh uang recehan, sebab tidak akan jadi Rp1 miliar, jika
kurang Rp1, saja.
Ini benar-benar pelajaran dasar keuangan. Yang pasti bermain dengan
uang recehan adalah cara mudah mengajarkan dasar-dasar perencanaan
keuangan kepada balita Anda, dan akan menentukan kesuksesan finansial
pada masa dewasanya.
Yuk main koin
Otak anak-anak balita seperti busa spon. Mereka dengan amat mudah
menyerap ide bahwa orangtua akan membelikan apa pun yang mereka
inginkan, sama mudahnya dengan mengenali warna dan suara.
Namun, seorang anak balita mungkin akan memilih sekaleng penuh koin
Rp100, daripada selembar Rp50.000. Dia mengira koin yang lebih berat
dengan gemerincing nyaring pasti lebih bernilai daripada selembar kertas
biru yang membosankan.
Jadi buat anak balita, Anda bisa mulai mengajari mereka tentang nilai
uang. Cara yang paling mudah adalah dengan membiarkan anak menyentuh dan
bermain dengan uang koin, lantas memberitahukan bahwa ada perbedaan
antara koin Rp100, Rp200, Rp 500, Rp1.000.
Sediakan berbagai pecahan kecil dalam dompet Anda, biarkan dia membayar
sebungkus biskuit yang disukainya seharga Rp500. "Nah ..nak, harga
sebungkus biskuit itu Rp500."
Susun 5 atau 10 dari uang koin dari tiap pecahan Rp100, Rp200, Rp500
dan Rp1.000. Kemudian bandingkan berapa banyak koin Rp100, yang
dibutuhkan untuk membentuk koin Rp500, atau berapa banyak koin Rp200,
yang dibutuhkan untuk membentuk koin Rp1.000.
Semakin sering berlatih dengan uang koin, semakin besar manfaat
tambahan dari mengajari anak tentang nilai uang. Orangtua dapat
memperlihatkan bagaimana cara berhitung dan mulai mengenalkan mereka
kepada dasar-dasar matematika seperti penambahan dan pengurangan.
Ini uangku !
Anak-anak suka berpura-pura sebagai orang dewasa dan mereka menjiwai
peranannya. Karena itu betapa pun sulit diterima, anak-anak balita
memang suka jajan, persis kebanyakan orang dewasa.
Namun, itu tidak selalu buruk, tinggal mengarahkannya saja. Anak umur 5
tahun sudah mulai bisa belajar membuat anggaran jika Anda memberikan
mereka uang dan membolehkan mereka membelanjakannya.
Anda pasti mengarahkan mereka, tetapi biarkan mereka belajar mengambil
keputusan sendiri. Paling-paling orangtua bisa mengatakan, "Nak, kamu
bisa miskin kalau jajan terus. Nah, kamu mau jadi miskin atau kaya ?"
Biarkan anak memilih. Tugas Anda adalah mengajukan pertanyaan yang
tepat.
Dalam memberikan uang, orangtua dapat menggunakan patokan jumlah uang
yang biasa orang tua belanjakan untuk membeli jajanan anak tetapi bukan
kebutuhan utama, misalnya makanan kecil atau mainan.
Namun jangan lupa ya, orangtua harus menjelaskan bahwa jika mereka
telah memberikan uang kepada anak, orangtua tidak akan membelikannya
lagi untuk anak. Jadi si anak dapat memutuskan apakah dia benar-benar
ingin menghabiskan uangnya atau tidak.
Orangtua juga dapat memulai memberikan anaknya uang saku secara rutin
ketika mereka memasuki sekolah dasar. Jumlah uang saku yang tepat
tentunya harus diperkirakan dengan cermat.
Sebagai saran, Anda bisa menggunakan patokan yaitu 1/2 dari umurnya
dikali Rp1.000 per hari (harga rata-rata jajanan sekolah). Misalnya jika
usia anak 6 tahun, maka Anda bisa memberikan 1/2 dari usianya dikali
Rp1.000, atau 6 x 1/2 x Rp1.000 = Rp3.000.
Beberapa orang menganggap itu terlalu pelit, sementara yang lain
berpendapat jumlah tersebut terlalu banyak. Saya kira bisa disesuaikan
dengan asumsi harga rata-rata jajanan sekolahnya.
Membuat anggaran adalah tentang mempertimbangkan pilihan dan membuat
keputusan. Ini adalah pelajaran berharga yang akan anak-anak dapatkan
hanya jika mereka membelanjakan uangnya sendiri dan mungkin sulit mereka
mengerti jika terus saja membelanjakan uang orangtua.
3 stoples harta
Membuat anggaran untuk anak-anak tidak sama dengan dengan menulis
laporan arus kas seperti yang dipraktikkan orangtua. Itu akan sangat
membosankan dan segera saja mereka akan kehilangan minatnya.
Anda dapat menggunakan tiga buah sstoples atau kaleng yang
masing-masing bertuliskan: 1) jajan; 2) tabungan; 3) amal. Ketiga
stoples ini akan mengajarkan mengenai konsep tujuan keuangan, yaitu
memperlihatkan kepada anak bahwa uang dapat digunakan untuk tujuan
jangka pendek, jangka panjang, dan amal kebaikan.
Anak-anak harus mengisi stoples-stoples itu untuk mendapatkan yang
mereka inginkan. Ketika balita Anda meminta dibelikan sesuatu, dia akan
menghitung apakah dia memiliki cukup uang di dalam stoples "jajan"nya.
Anak-anak juga bisa mengambil uang di dalam stoples amal dan membawanya
ke masjid, gereja, kuil, dan memasukkannya ke kotak amal, atau
memberikannya kepada yang membutuhkan.
Nah, uang di dalam stoples tabungan dibiarkan terus bertambah sampai
mencapai jumlah minimal Rp100.000, atau jumlah yang cukup untuk
disetorkan ke bank. Di sinilah orangtua bisa mengenalkan anak-anak ke
bank, membuka rekening tabungan untuk mereka dan membantu mengisi
formulir tabungannya. Dengan tabungan bank, anak-anak dapat mengenal
konsep tujuan keuangan jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar