Semakin
populernya batik Grobogan dewasa ini tidak terlepas dari peran serta
para pengrajinnya yang tergabung dalam beberapa KUB (Kelompok Usaha
Bersama). Puluhan pengrajin yang tersebar di seantero wilayah Grobogan
tersebut memulai kreasi produknya setelah mendapatkan pelatihan/ diklat
dari Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten
Grobogan tahun 2010.
Salah satu dari beberapa kelompok yang masih eksis
saat ini adalah KUB Srikandi yang beralamat di Cabean Ngraji Purwodadi Kabupaten Grobogan.
Digawangi oleh lebih kurang 25 orang pengrajin, KUB Srikandi menjadi
salah satu kelompok yang kini rutin berproduksi setiap harinya.
Ditemui langsung di rumahnya, Sabtu (13/10), ketua KUB Srikandi Ibu
Listriyani (36) mengaku jika pihaknya merasa beruntung dengan
keikutsertaannya dalam pelatihan batik tulis yang pernah diselenggarakan
dinas setempat. “Dengan adanya pelatihan waktu itu, maka sebagian besar
dari kami yang awalnya tidak memiliki kesibukan dan hanya sebagai ibu
rumah tangga, akhirnya sedikit banyak bisa membantu perekonomian
keluarga,” jelasnya kepada tim liputan bisnisUKM. Tidak membutuhkan
waktu lama bagi ibu-ibu yang tergabung dalam KUB Srikandi untuk
‘menyerap’ ilmu tentang batik tulis, dan kemudian memasarkannya.
Berbekal bahan baku kain primisima serta pewarnaan remasol, KUB Srikandi kini mampu memproduksi batik tulis
dengan berbagai motif khas Grobogan, diantaranya motif jagung, motif
padi, motif jati, motif bledug kuwu, motif wayang, dan motif api abadi
Merapen. “Dari sekian banyak motif yang kami produksi, motif wayanglah
yang menjadi ciri khas kami, dan itu sesuai dengan nama KUB kami
Srikandi,” ujar Ibu Listriyani. Meskipun motif batik yang dikreasi
antara satu KUB dengan yang lain hampir sama, namun masing-masing tetap
memiliki ciri khas tersendiri, terutama corak dan kehalusan
cantingannya.
Selama ini, KUB Srikandi memproduksi kreasi batik tulisnya sesuai
dengan pesanan yang ada. “Pesanan biasanya datang dari dinas-dinas
maupun perusahaan swasta yang ada di sini (Purwodadi), dan Alhamdulillah
trendnya cenderung mengalami peningkatan,” imbuh Ibu Listriyani.
Masing-masing anggota KUB juga memiliki tanggung jawab untuk memasarkan
produk kreasi mereka. “Biasanya ketika kita pergi kemana gitu selalu
membawa batik untuk ditawarkan ke orang-orang yang kita temui,” ujar Ibu
Listriyani sembari tersenyum.
Sementara
itu, harga yang ditawarkan KUB Srikandi juga cukup terjangkau, yaitu
berkisar di harga Rp80.000,00 s.d. Rp100.000,00/ potong. Patokan harga
tersebut disesuaikan dengan motif dan kerumitan produksinya. “Kami masih
memproduksi sebatas kain batiknya saja, belum untuk baju atau
produk-produk lainnya, semoga ke depannya hal tersebut juga bisa kami
realisasikan,” kata Ibu Listriyani. Untuk memudahkan proses produksinya,
kebanyakan tenaga produksi (ibu-ibu) tersebut membawa pulang dan
dikerjakan di rumah. Dibutuhkan waktu kurang lebih 4 (empat) hari
pengerjaan untuk setiap potong kain batik tulis tersebut.
Kendala Usaha
Ketika ditanya mengenai kendala yang sering dihadapi, Ibu Listriyani
berujar jika pemasaranlah yang sering menjadi kendala mereka. Apalagi
masyarakat saat ini lebih suka menggunakan batik printing yang harganya
dibawah batik tulis. “Bersaing dengan batik printing menjadi tantangan
tersendiri, sehingga kami harus menomorsatukan kualitas produk agar bisa
mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat,” terangnya.
Dukungan
dari pemerintah khususnya dinas terkait juga menjadi kekuatan
tersendiri bagi kelompok seperti KUB Srikandi. “Bapak bupati (Grobogan)
juga pernah berujar jika PNS yang ada di lingkup Kabupaten Grobogan
harus memakai batik Grobogan ketika menjalani rutinitas kerja mereka,”
jelasnya. Kondisi demikian membuat para pengrajin khususnya dari KUB
Srikandi semakin bersemangat untuk tetap berkreasi dan melestarikan
salah satu ikon daerah Grobogan tersebut.
Di akhir wawancaranya, Ibu Listriyani berharap kelompoknya tetap
eksis dan berjalan lebih baik lagi. Di samping itu, beliau juga ingin
menciptakan inovasi motif baru lagi agar masyarakat tidak jenuh.
“Pastinya kami ingin yang lebih dari dari saat ini, sehingga dibutuhkan
komitmen dari semua ibu-ibu yang ada untuk tetap semangat berkreasi dan
berproduksi, di samping itu juga butuh bantuan dari pihak-pihak terkait
khususnya dari pemerintah untuk memaksimalkan potensi batik tulis yang telah menjadi ikon lokal Grobogan,” kata Ibu Lisriyani sembari menutup sesi wawancara siang hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar